Jumat, 01 Juni 2012

Kurikulum KBK


KBK

A.    Penerapan Evaluasi Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
1.      Pengertian Evaluasi Model KBK
Istilah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris “Evaluation” yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.[18]
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang evaluasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a.       E Wand dan W Brown, mengatakan bahwa “Evaluation refers to the act of process to determining the value something”. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai pada sesuatu.[19]
b.      Menurut Bloom “Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes are taking place in the learns as to determine the amount or degree of change in individual students”. Yang artinya evaluasi sebagai mana kita lihat adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam pribadi siswa.[20]
c.       Sedangkan menurut Norman E Gronlund, “Evaluation a Systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupil”. Evaluasi adalah suatu system yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.[21] 
Dalam KBK, penilaian adalah merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.[22]
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi KBK adalah peruses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan prinsip penilaian berkelanjutan, bukti autentik, akurat dan konsisten yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja (Performance) atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas terkait.
Pelaksanaan penilaian dilaksanakan secara terpadu antara penilaian hasil dan proses pembelajaran yang disebut juga dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK).



2.      Tujuan dan Fungsi Evaluasi Model KBK
Secara umum semua jenis penilaian bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan secara umum.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) bertujuan untuk
a.       Menjamin agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum, guru mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik melalui berbagai jenis penilaian kelas untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi yang telah ditentukan dalam KBK sesuai waktu yang telah ditentukan
b.      Memeriksa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
c.       Mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian berbasis kelas guru dapat menganalisis kelemahan yang terjadi sehingga pengajaran yang lebih efektif dapat segera di lakukan
d.      Menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kesimpulan ini sangat penting dilakukan sebagai bagian dari pelaporan yang di sampaikan kepada peserta didik, orang tua, sekolah, atau pihak lain yang memerlukan pelaporan hasil pendidikan.[23]
Adapun tujuan yang utama dari Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yaitu :
a.       Memberikan penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam belajar
Penilaian ini di gunakan untuk menentukan apakah siswa dapat mengikuti tingkat atau kelas berikutnya, penilaian jenis ini seringkali disebut penilaian sumatif, yang memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah di capai siswa.
b.      Memperbaiki program kegiatan belajar mengajar dan belajar siswa.
Penilaian untuk tujuan ini, digunakan untuk melihat apakah siswa sudah mengetahui, memahami dan terampil pada suatu bahasan pelajaran. Penilaian ini sering disebut penilaian formatif, yang bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar.[24]
Dari penilaian di atas dapat penulis simpulkan betapa pentingnya kita mengadakan evaluasi. Hal ini di maksudkan untuk memperoleh data, membuat putaran dan membuat alternative dan tindak lanjut terhadap proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan terjadi perubahan yang akan mengarah pada tujuan pendidikan.
Dalam penilaian PBK yang mengacu pada KBK terdapat fungsi untuk:

a.       Umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga dapat menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajar
b.      Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidialisasi untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kemajuan dan kemampuannya
c.       Memberi masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas
d.      Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda
e.       Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektifitas pendidikan sehingga meningkatkan partisipasinya.[25]
Jadi, dengan adanya evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana efisiensi, metode, tehnik dan alat bantu yang digunakan, mengetahui siswa yang belum menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dan mengalami kesulitan belajar, serta evaluasi juga dapat memberikan informasi kepada orang tua/wali siswa dan masyarakat serta bagi siswa itu sendiri
Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain :
a.         Penilaian dapat di lakukan melalui tes dan non tes
b.         Penilaian harus memenuhi tiga aspek kemampuannya itu pengetahuan, keterampilan dan sikap
c.         Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan memberikan tes
d.        Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
e.         Mengacu kepada fungsi dan tujuan penilaian, misalnya memberikan umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya dan memberi laporan kepada orang tua
f.          Alat penilaian harus mendorong kemampuan penilaian dan kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil kerja siswa (proyek) dan portofolio.
g.         Mengacu kepada prinsip deferensiasi, yakni memberikan peluang yang adil kepada semua siswa.[26]
3.      Macam-macam Evaluasi Model KBK
a.       Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar dan penentuan kenaikan kelas.


Penilaian kelas terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas dan ulangan umum. Bahan penilaian kelas dikembangkan berdasarkan pada kurikulum dan dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan.
b.      Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial), tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun.
c.       Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran di selenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam surat tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.
d.      Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah atau nasional. Penilaian di lakukan secara berkesinambungan, sehingga siswa dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan kesulitannya.
Untuk memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan, hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak untuk memberikan nilai akhir siswa/ hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah. 
e.       Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan dinas pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.[27]
4.      Jenis Evaluasi Model KBK
Terdapat lima jenis evaluasi model KBK di antaranya adalah :
a.       Paper and pencil test
Siswa diminta untuk merespons serangkaian pertanyaan, melengkapi kalimat, pilihan ganda, peta konsep, menulis karangan (essay) skala sikap dan mendeskripsikan response tertulis siswa digunakan sebagai sumber untuk mengetahui ada tingkat pengetahuan atau pemahaman keterampilan/kemampuan serta sikap dan nilai yang telah di miliknya.

b.      Performance
Penilaian yang menuntut siswa untuk melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang telah diamati oleh guru. Misalnya, diskusi, praktek ibadah dan bermain peran. Penyekoran pada tes penampilan menggunakan skala rating dan daftar ceklis.
c.       Project
Penilaian proyek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data project jika akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi.
d.      Product
Penilaian hasil kerja peserta didik (produk) adalah penilaian berbasis kelas terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) tertentu. Dalam penilaian produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas yaitu penilaian peserta didik tentang :
1)      Pemilihan, cara menggunakan alat dan prosedur kerja
2)      Kualitas teknis maupun estentik suatu karya atau produk
Pelaksanaan penilaian produk meliputi penilaian terhadap tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)      Tahapan persiapan, menilai keterampilan merencanakan, merancang, menggali, atau mengembangkan.
2)      Tahapan produksi, menilai kemampuan memilih dan menggunakan, alat dan tehnik kerja.
3)      Tahapan penilaian (appraisal)
e.       Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, dibenarkan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.[28]
5.      Prinsip-prinsip Evaluasi Model KBK
Penyelenggaraan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) sangat terasa manfaatnya manakala dihubungkan dengan rencana penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 dengan mengacu pada paradigma baru yang mewujudkan pencapaian target kompetensi yang lebih tinggi. Dengan demikian pencapaian tersebut terjamin adanya peningkatan kualitas secara kesinambungan agar lulus dari satuan pendidikan selaras dengan kebutuhan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK) antara lain :

a.       Tujuan program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik berdasarkan kompetensi yang ditetapkan oleh KBK atau kurikulum 2004. tujuan tersebut berupa standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian hasil belajar.
b.      Standar keberhasilan yang harus dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang dijadikan rujukan.
c.       Model KBK menitikberatkan pada aspek perbaikan untuk pengajaran bagi guru dan pembelajaran peserta didik di kelas dengan berpedoman pada rambu-rambu kurikulum.
Dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah :
1)      Motivasi
Penilaian Berbasis Kelas hendaknya dipandang sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan guru dan siswa. Penilaian semacam ini tentunya akan memotivasi siswa untuk terus belajar, sehingga hasilnya akan obyektif.
2)      Validitas
Hasil penilaian berbasis kelas harus menjamin tercapainya standar kompetensi, maupun indicator yang dituntut oleh KBK atau kurikulum 2004. kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan KBK akan meningkatkan validitas.

3)      Adil
Semua peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk di nilai tanpa membedakan latar belakang, social-ekonomi, budaya, bahasa dan jenis kelamin.
4)      Terbuka
Penilaian berbasis kelas menekankan adanya keterbukaan, di mana semua pihak baik guru maupun peserta didik perlu mengenal kemajuan masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5)      Berkesinambungan
Penilaian berbasis kelas dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan yang lainnya dan untuk melihat kesinambungan pencapaian antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lainnya.
6)      Bermakna
Penilaian berbasis kelas memberikan makna yang sangat luas dalam implementasi kurikulum 2004, melalui penilaian berbasis kelas akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi semua pihak dalam melihat perkembangan kemampuan peserta didik dan hendaknya bisa dipahami dan bisa ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
7)      Menyeluruh
Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai tehnik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.[29]
6.      Tehnik dan Bentuk Evaluasi Model KBK
Terdapat dua tehnik evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu non tes dan tes.
a.       Non Tes
Bentuk non tes bisa digunakan untuk mengetahui tentang sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.[30] Bentuk-bentuk non tes tersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Kuesioner
Adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh responden. Dengan kuesioner ini dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman pengetahuan, sikap atau pendapatnya.
2)      Rating Scale
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan di terangkan pada skala atau jarak yang sama cara meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.
3)      Cek List
Adalah deretan pertanyaan di mana responden yang di evaluasi tinggal memberi tanda cocok (ü) di tempat yang sudah disediakan.
4)      Interview
Interview adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan dengan jalan Tanya jawab.
5)      Observasi
Observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada tiga macam observasi yaitu :
ü  Observasi Partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dan ia memasuki serta mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
ü  Observasi Sistematik, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi ia di luar kelompok, dengan demikian pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
ü  Observasi Eksperimental, yaitu observasi yang terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat mengandalkan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[31]
b.      Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang di capai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.[32]
Bentuk-bentuk tes tersebut antara lain :
1)      Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat di lakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2)      Tes Formatif
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
Penilaian formatif yang berlangsung selama pengajaran terdiri dari bentuk tes seperti kuis, ulangan harian, pertanyaan lisan, tugas individu dan tugas kelompok.


3)      Tes Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap akhir semester.[33]
Sebagai mana yang telah dijelaskan di atas bahwa penilaian berbasis kelas merupakan komponen dari kurikulum berbasis kompetensi yang dilakukan untuk memberikan keseimbangan dalam ranah kognitif, afektif psikomotorik dan meta kognitif dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian, bentuk penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Tes Kognitif
1)      Pertanyaan Lisan
Umumnya pertanyaan lisan digunakan untuk menguji penguasaan kompetensi dalam aspek kognitif. Itupun terbatas pada tarif kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.

2)      Kuis
Merupakan bentuk tes berupa uraian singkat, waktu yang diperlukan relative singkat, kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan hal-hal prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran baru dimulai, untuk mengetahui penguasaan pembelajaran yang lalu secara singkat.
3)      Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah (pengetahuan dan pemahaman) sampai pada tingkat berfikir tinggi (aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi). Bentuk ini juga bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya obyektif, dan bisa di koreksi dengan computer.
4)      Uraian Obyektif
Jawaban sudah pasti. Dalam pendidikan agama Islam bentuk soal uraian obyektif ini dapat digunakan pada kemampuan dasar dalam membuat generalisasi.
5)      Uraian Non Obyektif
Dalam uraian ini biasanya siswa diminta untuk menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Bentuk ini juga bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
6)      Jawaban Singkat atau isian singkat
Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.[34] Dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk tes.
7)      Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. [35]
8)      Portofolio
Merupakan Kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Misalnya : laporan kegiatan keagamaan yang diikuti siswa, pengalaman keagamaan siswa, menulis artikel keagamaan, tugas-tugas individu atau kelompok.[36]
b.      Tes Afektif
Menurut Suharsimi Arikunto, tes afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Tes afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu harus diperlukan waktu yang relative lama. [37]


Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk di ukur, yaitu sikap dan minat pada suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negative atau netral. Tentu diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran bersikap positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap pelajaran yang diambilnya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[38]
Pengukuran ranah afektif terutama sikap dan minat, biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang disusun dari yang positif ke yang negative. Jenis soal untuk ranah afektif salah satunya adalah skala likert. Tes afektif sangat dominant khususnya pada aspek penanaman nilai-nilai akhlak.[39]
c.       Tes Psikomotorik
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (Performance) yang telah dikuasai peserta didik.
Tes tersebut menurut Lunette dkk (1981) dapat berupa :
1)      Tes Paper and Pencil
Walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya, missal berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.
2)      Tes Identifikasi
Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat. 
3)      Tes Simulasi
Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat di nilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.
4)      Tes Unjuk Kerja (Work sample)
Tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. 
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (Check-list) ataupun skala penilaian (Rating scale).[40]
Tes ini psikomotorik digunakan untuk kompetensi siswa berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Tes psikomotorik dalam pendidikan agama Islam umumnya berupa praktek ibadah dan cara membaca Al Qur’an.
d.      Tes Meta Kognitif
Dalam aspek meta kognitif terdapat lima keterampilan (kecakapan, kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan social, kecakapan akademik, dan kecakapan vokalisional yang dikenal dengan life skill (kecakapan hidup).[41]
7.      Pelaporan
Hasil pengumpulan informasi hasil belajar dan unjuk kerja siswa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan laporan (report).
Hamper semua guru tidak menyenangi tugas memeriksa pekerjaan (koreksi) dan membuat catatan tentang hasil atau prestasi siswa. Jika disuruh memilih, kebanyakan guru akan lebih menyenangi mengajar dibandingkan dengan memeriksa dan mencatat hasil ulangan.[42]

Setelah melakukan penilaian hasil belajar dan unjuk kerja siswa adalah membuat laporan kemajuan belajar siswa dengan kategori atas dua jenis, yaitu:
a.       Laporan prestasi siswa tiap mata pelajaran yaitu berisi tentang pencapaian kemampuan dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum melalui pembelajaran materi standar yang ditetapkan.
b.      Laporan kemajuan belajar siswa menyeluruh yang menggambarkan kualitas pribadi siswa dan tingkah lakunya sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah siswa belajar melalui berbagai kegiatan baik intra kurikulum maupun ekstrakurikulum.
Hasil penilaian perlu dilaporkan kepada berbagai pihak, yaitu :
a.       Laporan untuk orang tua dan siswa
Pada dasarnya laporan yang berisi catatan tentang diri siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh informasi yang lengkap. Akan tetapi disadari untuk membuat laporan yang lengkap setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu pembuatan laporan kadang-kadang bersifat singkat saja, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk orang tua dan siswa umumnya bersifat singkat. Laporan itu berisi tentang catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu: dengan pernyataan lulus atau belum lulus, dan dengan nilai siswa. Mengenai prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada orang tua dan siswa dapat dilihat dalam buku raport yang diisi pada setiap semester.
b.      Laporan untuk sekolah
Sekolah adalah sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Laporan untuk sekolah tidak hanya dalam bentuk angka melainkan dapat pula bersifat deskriptif tentang siswa.
c.       Laporan untuk masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat adalah berkaitan dengan lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus selalu membawa bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Laporan untuk masyarakat, seperti halnya laporan untuk orang tua dan siswa dibuat secara singkat. Hal tersebut antara lain dengan menerbitkan prestasi setiap siswa dalam bentuk angka.
Pada dasarnya, catatan tentang diri siswa ini di usahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh informasi yang selengkapnya pula. Akan tetapi kita sadari bahwa membuat catatan yang lengkap setiap saat, merupakan tugas yang berat dan meminta banyak waktu. Oleh karena itu, pembuatan catatan laporan itu kadang-kadang disingkat hanya disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak.
Secara garis besar, catatan tentang laporan siswa dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu :
a.       Catatan Lengkap
Catatan tentang siswa yang berisi baik prestasi maupun aspek-aspek pribadi yang lain, misalnya kejujuran, kebersihan, kerajinan, sikap social, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap kepada diri sendiri, disiplin, ketelitian dan sebagainya. Tentang isi catatannya ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat seperti “Baik”, “Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci.
b.      Catatan tidak Lengkap
Catatan tentang siswa yang hanya berisi gambaran tentang prestasi siswa dan hanya sedikit menyinggung tentang kepribadian.
Tentang catatan pelaporan prestasi belajar siswa itu sendiri dapat dibedakan atas dua cara :
ü  Dengan pernyataan lulus – belum lulus
Penilaian atas prestasi belajar dalam system pengajaran yang menganut prinsip belajar tuntas didasarkan atas sudah berhasil atau seorang siswa belum mencapai tujuan.
ü  Dengan nilai siswa
pencatatan dengan nilai dilakukan apabila seluruh siswa dalam satu kelompok berjalan bersama-sama secara klasikal.[43]
Secara sistematis dapat dikemukakan bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi pihak yaitu sebagai berikut :
a.       Siswa sendiri
Bagi siswa, laporan prestasi akan sangat bermanfaat karena ;
ü  Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan.
ü  Dengan mengetahui hasil yang positif dari perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan.
ü  Jika siswa mendapat informasi bahwa itu salah maka lain kali tidak akan mengulangi lagi.
Jadi dapat dikatakan bahwa manfaat laporan bagi siswa adalah sebagai penguat dan penyempurnaan.[44]
b.      Guru yang mengajar
Dengan laporan kemajuan siswa guru akan dengan tenang mengamati hasil tersebut dan Merupakan titik tolak bagi guru untuk menentukan langkah selanjutnya.
c.       Guru lain
Dengan laporan mengenai siswa, maka guru lain atau guru yang menggantikan mengajar akan tahu bagai mana meladeni atau memperlakukan siswa tersebut.

d.      Orang tua
Dengan laporan mengenai siswa Orang dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan serta cita-cita bagi anaknya.[45]

B.     Kajian Tentang Keberhasilan Pembelajaran
1.      Pengertian Keberhasilan Pembelajaran
Sebelum menjelaskan pembelajaran, maka terlebih dahulu penulis memaparkan tenang belajar.
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu da individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungan [46]
Dalam pengertian di atas terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang yang sudah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun dalam sikapnya. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar yang di antaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku, pada diri individunya belajar, tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatakan berhasil atau gagal.

Selanjutnya pengalaman mengajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan antara lain yang akan dikemukakan oleh James S. Brunner dalam bukunya "Towanda Theory of Instruction" mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bahan yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. [47]
Mengingat mengajar merupakan suatu perubahan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan siswa secara moral terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pelajaran yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik karena berkenaan dengan manusia, siswa dan guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapa saja.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Di dalam proses ini tugas siswa adalah memanfaatkan pengajaran guru untuk mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin. Sedangkan tugas guru adalah mengajar di mana guru harus membimbing siswa untuk belajar dan menyediakan kondisi dan siswa yang tepat agar potensi anak dapat berkembang seoptimal mungkin.[48]
Jadi pengertian keberhasilan pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang di capai oleh seseorang setelah mengikuti suatu kegiatan yang dalam hal ini adalah kegiatan dalam kelas, yang berupa kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa tersebut.[49]
Sedangkan yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami,. Menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan masyarakat untuk persatuan nasional.[50]
Dengan demikian keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu suatu keberhasilan dalam pengajaran yang dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, di mana antara guru dan siswa mengalami interaksi dalam pengajaran yang berlangsung dan tercapainya tujuan pengajaran.
Untuk mengatakan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofisnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlangsung saat ini yang telah disempurnakan antara lain, bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus dapat dicapai.
Untuk  mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai.
2.      Indikator Keberhasilan
Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
b.      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional khusus (TIK) telah di capai siswa baik individu maupun klasikal
Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai siswa. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputi: 1) Kompetensi yang akan di capai; 2) Strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi; 3) Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.[51]


3.      Tingkat Keberhasilan
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukannya dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut :
a).    Istimewa / maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa
b).    Baik sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang diajarkan dapat dikuasai siswa.
c).    Baik / minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat dikuasai siswa.
d).   Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan prosentase keberhasilan pembelajaran siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.[52]

Hasil kegiatan pembelajaran tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material substansial, struktural fungsional, maupun secara behavioral. Yang dipersoalkan adalah kepastian  bahwa tingkat prestasi yang di capai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk kepastiannya guru harus mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan pembelajaran dilangsungkannya tingkat dan jenis karakteristik siswa yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan pembelajaran.[53]
4.      Kriteria Keberhasilan Pembelajaran
Menurut Dr. Nana Sudjana bahwa kriteria yang bisa digunakan dalam penilaian proses belajar mengajar secara rinci adalah sebagai berikut:
a.       Konsisten kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Keberhasilan pembelajaran dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek:
ü  Tujuan-tujuan pengajaran
ü  Bahan-bahan pengajaran yang dilaksanakan
ü  Jenis kegiatan yang dilaksanakan
ü  Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
ü  Peralatan yang digunakan untuk setiap masing-masing kegiatan
ü  Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan
b.      Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dari program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang direncanakan dapat terwujudkan sebagaimana seharusnya.
Keterlaksanaan ini dapat di lihat dari hal :
ü  Mengkondisikan belajar siswa
ü  Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar, memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
ü  Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa
ü  Menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar
c.       Keterlaksanaannya oleh siswa
Dalam hal ini di nilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai program yang telah dilakukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan berarti. Keterlaksanaannya oleh siswa dapat di lihat dalam hal :
ü  Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru
ü  Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar
ü  Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru
ü  Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru


d.      Motivasi belajar siswa
Keberhasilan pembelajaran dalam motivasi belajar yang ditujukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dalam hal :
ü  Minat dan perhatian siswa dalam pelajaran
ü  Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
ü  Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajarnya
ü  Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
ü  Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
e.       Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :
ü  turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
ü  terlibat dalam pemecahan masalah
ü  melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru
ü  menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh
ü  melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
f.       Interaksi guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan komunikasi dua arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dari :
ü  Tanya jawab atau dialog
ü  Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar baik individu atau kelompok
ü  Guru Senantiasa berada dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitas belajar
ü  Tampilnya guru sebagai jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya
g.      Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dilihat dalam hal :
ü  Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa
ü  Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional minimal 75 % dari jumlah instruksional yang harus dicapai
ü  Hasil belajar yang tahan lama selalu di ingat dan di gunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.[54]
5.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Proses belajar mengajar pendidikan agama Islam bertujuan agar terjadinya perubahan dalam diri siswa baik dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya perubahan dalam tiga aspek tersebut dapat berpengaruh terhadap pola tingkah laku siswa, di mana akhirnya cara berfikir dan melakukan sesuatu menjadi relatif menetap pada dirinya, perubahan yang terjadi harus merupakan perubahan tingkah laku harus lebih baik dan sesuai dengan norma-norma Pendidikan agama Islam.

Kemudian agar tercipta suatu keberhasilan  dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi  di antaranya adalah :
a.       Tujuan
Tujuan merupakan pedoman dan sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru diharuskan untuk merumuskan tujuan yaitu tujuan pembelajaran khusus dalam setiap pertemuan dalam proses belajar mengajar.
b.       Guru
Merupakan suatu fasilitator dalam suatu proses pembelajaran di mana dia berfungsi sebagai pembimbing, dan selalu mengarahkan cara belajar yang baik bagi siswa agar tercapai hasil maksimal
c.       Siswa
Agar tercipta suatu keberhasilan pembelajaran ada beberapa faktor dalam diri siswa yang berpengaruh yaitu adanya bakat, kemauan, minat dan adanya motivasi untuk belajar.
d.      Metode
Penggunaan metode yang tepat oleh seorang pendidik akan turut menentukan terciptanya suatu keberhasilan dalam pembelajaran, karena hal ini dapat mengurangi adanya kejenuhan dan kebosanan dalam proses pembelajaran. Apabila seorang pendidik menggunakan metode yang tidak sesuai dengan kondisi siswa maka sudah dapat dipastikan keberhasilan belajar tidak mencapai tingkat optimal
e.       Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana juga memegang peranan penting dalam tercapainya suatu keberhasilan belajar.
f.        Lingkungan
Pengaruh lingkungan juga membawa dampak besar terhadap keberhasilan pembelajaran, lingkungan ini meliputi lingkungan sosial, budaya dan juga lingkungan alam.[55]
Menurut Sardiman hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan, bagai manapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan out put yang tidak diinginkan.[56]
Sedangkan Mahfud Sholehudin membagi faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya keberhasilan dalam pembelajaran tersebut ke dalam dua bagian, yaitu :
8)      Faktor dari dalam, yaitu :
Kondisi fisik, kondisi panca indera, bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Siswa dalam hal ini sebagai bow input, pada dasarnya telah memiliki karakteristik tatanan baik filosofisnya maupun psikologisnya.


9)      Faktor dari luar
Faktor dari luar yaitu berkenaan dengan lingkungan sekitar, kurikulum, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi.[57]

C.    Pengaruh Penerapan Evaluasi Model KBK terhadap Keberhasilan Pembelajaran PAI Siswa SMP UPTD Negeri I Leuwimunding Majalengka Jawa Barat
Pendidikan secara formal diselenggarakan di sekolah di mana terjadi proses pembelajaran yang melibatkan banyak faktor baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan.
Pengajaran tersebut dilaksanakan mempunyai tujuan tatanan untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan yang telah di capai. Setiap guru berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah disempurnakan, yaitu suatu pembelajaran tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK tersebut guru mengadakan evaluasi selesai menyajikan suatu bahan pelajaran khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam.
Evaluasi ini di sajikan untuk memantau kemajuan belajar siswa maupun kepada guru, berdasarkan hasil evaluasi itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu untuk dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik. Siswa dapat mengetahui bahan pelajarannya yang masih belum dikuasai agar dapat mengupayakan perbaikan, guru dapat melihat hasil pelajaran yang belum dikuasai siswa sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat dikuasai siswa.[58]
 Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap pembelajaran yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian pembelajaran akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.[59]
Dan yang paling dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran adalah daya serap siswa terhadap bahan pelajaran.
Untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan siswa dan keberhasilan guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan sebagai berikut :
a.       Istimewa / maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa
b.      Baik sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang diajarkan dapat dikuasai siswa.


c.       Baik / minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat dikuasai siswa.
d.      Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %
Dengan melihat data yang terdapat format daya serap siswa dalam pelajaran, khususnya bidang studi agama Islam dan prosentasi keberhasilan siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat keberhasilan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah dilakukan siswa dan guru.
Dengan demikian, intensitas evaluasi sangat dibutuhkan demi kelangsungan pembelajaran untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK. Jika TIK telah tercapai, otomatis keberhasilan pembelajaran siswa khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat tercapai secara optimal.

D.    Hipotesis Penelitian
Pengertian Hipotesis sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sebagai terbukti melalui data yang terkumpul.[60]
Sedangkan menurut pendapat Ari Wahyudi, Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentative tentang hubungan antara dua variable atau lebih.[61]
Dari pendapat di atas dapat dipahami dan di simpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau kesimpulan sementara terhadap masalah penilaian, karma itu masih perlu adanya pembuktian kebenarannya dan secara teoritis akan mendorong peneliti untuk membuktikannya dalam penelitian.
Berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan hipotesis kerja atau alternative (Ha) dan hipotesis nihil (Ho) sebagai kesimpulan sementara yaitu dengan rumusan :
  1. Hipotesis kerja/alternative (Ha) dengan pernyataan adanya keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan evaluasi model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
  2. Hipotesis nihil (Ho) dengan pernyataan tidak adanya keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan evaluasi model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


[18] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar dan Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 1
[19] Wayan Nur Kanca, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 1
[20]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 1
[21] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3
[22] Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Balitbank dan Pusat Kurikulum, 2002), h. 1
[23] Sumarna Surapranata, Moh Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4-5
[24] Depdiknas, Op.Cit, h. 3
[25] Jurnal Pendidikan dasar dan menengah KBK, (Genteng Kali Vol 4), h. 7
[26] Ibid, h, 18
[27] E Mulyasa, Op.Cit, h. 105
[28] Sumarna Surapranata, Op.Cit, h. 21
[29] Ibid, h. 8-10
[30] Depdiknas, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Pusat Kurikulum Balitbang, 2004), h. 25

[31] Suharsimi, Op.cit, h. 26-31
[32] Wayan Nurkancana, Op.Cit, h. 34
[33] Daryanto, Op.cit, h. 26
[34] Ibid, h 23
[35] Depdiknas. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian, h. 22
[36] Depdiknas, Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMU, Pedoman Khusus Model 3 Agama Islam, (Jakarta : 2002) hal. 22
[37] Suharsimi Arikunto, Op.cit,  h. 177
[38] Depdiknas, Op.cit. h. 49
[39] Ibid, h. 25
[40] Depdiknas, Pedoman Umum, Op.cit, h. 51-55
[41] Depdiknas, Op.cit. h. 25
[42] Suharsimi, Op.cit, h. 281
[43] Ibid, h. 286
[44] Suharsimi, Op.cit, h. 282
[45] Ibid, h. 284
[46] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), h. 4
[47] Ibid, h. 5
[48] Rosita NK., Masalah Pengajaran Suatu Sistem, (Jakarta : Bina Aksara, 1986), h. 36
[49] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, tt), h. 23
[50] Muhaimin, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya : Citra Media, 1996), h. 1
[51] Depdiknas, Pedoman Umum Pengembangan Silabus, (Proyek Peningkatan Mutu Jawa Timur, 2003), h. 12
[52] Moh. Uzer Usman, Op.cit, h. 1
[53] A Wahyu Parihin, Strategi Pembelajaran PAI Berbasis Kompetensi, (Biro Penerbit dan Pengembangan Perpustakaan STAI Al-Khoziny, Sidoarjo, 2006), h. 27
[54] Nana Sudjana, Op.cit, h. 59-62
[55] Depdiknas, Penilaian Proses …, h.
[56] Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet. VI, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 144
[57] Mahfud Sholehudin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), h. 57
[58] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), h. 12-13
[59] Slameto, Op.cit, h. 99
[60] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 1997), h. 67
[61] Ari Wahyudi, Pengantar Metode Penelitian, (Surabaya; 1998), h.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Penerapan Evaluasi Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
1.      Pengertian Evaluasi Model KBK
Istilah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris “Evaluation” yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.[18]
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat tentang evaluasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a.       E Wand dan W Brown, mengatakan bahwa “Evaluation refers to the act of process to determining the value something”. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai pada sesuatu.[19]
b.      Menurut Bloom “Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain changes are taking place in the learns as to determine the amount or degree of change in individual students”. Yang artinya evaluasi sebagai mana kita lihat adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam pribadi siswa.[20]
c.       Sedangkan menurut Norman E Gronlund, “Evaluation a Systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupil”. Evaluasi adalah suatu system yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.[21] 
Dalam KBK, penilaian adalah merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.[22]
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi KBK adalah peruses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan prinsip penilaian berkelanjutan, bukti autentik, akurat dan konsisten yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja (Performance) atau prestasi siswa dalam mengerjakan tugas-tugas terkait.
Pelaksanaan penilaian dilaksanakan secara terpadu antara penilaian hasil dan proses pembelajaran yang disebut juga dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK).



2.      Tujuan dan Fungsi Evaluasi Model KBK
Secara umum semua jenis penilaian bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat dan untuk mengetahui ketercapaian mutu pendidikan secara umum.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) bertujuan untuk
a.       Menjamin agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum, guru mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik melalui berbagai jenis penilaian kelas untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi yang telah ditentukan dalam KBK sesuai waktu yang telah ditentukan
b.      Memeriksa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
c.       Mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian berbasis kelas guru dapat menganalisis kelemahan yang terjadi sehingga pengajaran yang lebih efektif dapat segera di lakukan
d.      Menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Kesimpulan ini sangat penting dilakukan sebagai bagian dari pelaporan yang di sampaikan kepada peserta didik, orang tua, sekolah, atau pihak lain yang memerlukan pelaporan hasil pendidikan.[23]
Adapun tujuan yang utama dari Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yaitu :
a.       Memberikan penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam belajar
Penilaian ini di gunakan untuk menentukan apakah siswa dapat mengikuti tingkat atau kelas berikutnya, penilaian jenis ini seringkali disebut penilaian sumatif, yang memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah di capai siswa.
b.      Memperbaiki program kegiatan belajar mengajar dan belajar siswa.
Penilaian untuk tujuan ini, digunakan untuk melihat apakah siswa sudah mengetahui, memahami dan terampil pada suatu bahasan pelajaran. Penilaian ini sering disebut penilaian formatif, yang bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar.[24]
Dari penilaian di atas dapat penulis simpulkan betapa pentingnya kita mengadakan evaluasi. Hal ini di maksudkan untuk memperoleh data, membuat putaran dan membuat alternative dan tindak lanjut terhadap proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan terjadi perubahan yang akan mengarah pada tujuan pendidikan.
Dalam penilaian PBK yang mengacu pada KBK terdapat fungsi untuk:

a.       Umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga dapat menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajar
b.      Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidialisasi untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kemajuan dan kemampuannya
c.       Memberi masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas
d.      Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda
e.       Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektifitas pendidikan sehingga meningkatkan partisipasinya.[25]
Jadi, dengan adanya evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana efisiensi, metode, tehnik dan alat bantu yang digunakan, mengetahui siswa yang belum menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dan mengalami kesulitan belajar, serta evaluasi juga dapat memberikan informasi kepada orang tua/wali siswa dan masyarakat serta bagi siswa itu sendiri
Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain :
a.         Penilaian dapat di lakukan melalui tes dan non tes
b.         Penilaian harus memenuhi tiga aspek kemampuannya itu pengetahuan, keterampilan dan sikap
c.         Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan memberikan tes
d.        Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
e.         Mengacu kepada fungsi dan tujuan penilaian, misalnya memberikan umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya dan memberi laporan kepada orang tua
f.          Alat penilaian harus mendorong kemampuan penilaian dan kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil kerja siswa (proyek) dan portofolio.
g.         Mengacu kepada prinsip deferensiasi, yakni memberikan peluang yang adil kepada semua siswa.[26]
3.      Macam-macam Evaluasi Model KBK
a.       Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar dan penentuan kenaikan kelas.


Penilaian kelas terdiri atas ulangan harian, pemberian tugas dan ulangan umum. Bahan penilaian kelas dikembangkan berdasarkan pada kurikulum dan dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan.
b.      Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial), tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun.
c.       Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran di selenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam surat tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.
d.      Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah atau nasional. Penilaian di lakukan secara berkesinambungan, sehingga siswa dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan kesulitannya.
Untuk memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan, hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak untuk memberikan nilai akhir siswa/ hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah. 
e.       Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan dinas pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.[27]
4.      Jenis Evaluasi Model KBK
Terdapat lima jenis evaluasi model KBK di antaranya adalah :
a.       Paper and pencil test
Siswa diminta untuk merespons serangkaian pertanyaan, melengkapi kalimat, pilihan ganda, peta konsep, menulis karangan (essay) skala sikap dan mendeskripsikan response tertulis siswa digunakan sebagai sumber untuk mengetahui ada tingkat pengetahuan atau pemahaman keterampilan/kemampuan serta sikap dan nilai yang telah di miliknya.

b.      Performance
Penilaian yang menuntut siswa untuk melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang telah diamati oleh guru. Misalnya, diskusi, praktek ibadah dan bermain peran. Penyekoran pada tes penampilan menggunakan skala rating dan daftar ceklis.
c.       Project
Penilaian proyek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data project jika akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi.
d.      Product
Penilaian hasil kerja peserta didik (produk) adalah penilaian berbasis kelas terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) tertentu. Dalam penilaian produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas yaitu penilaian peserta didik tentang :
1)      Pemilihan, cara menggunakan alat dan prosedur kerja
2)      Kualitas teknis maupun estentik suatu karya atau produk
Pelaksanaan penilaian produk meliputi penilaian terhadap tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)      Tahapan persiapan, menilai keterampilan merencanakan, merancang, menggali, atau mengembangkan.
2)      Tahapan produksi, menilai kemampuan memilih dan menggunakan, alat dan tehnik kerja.
3)      Tahapan penilaian (appraisal)
e.       Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, dibenarkan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.[28]
5.      Prinsip-prinsip Evaluasi Model KBK
Penyelenggaraan Penilaian Berbasis Kelas (PBK) sangat terasa manfaatnya manakala dihubungkan dengan rencana penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 dengan mengacu pada paradigma baru yang mewujudkan pencapaian target kompetensi yang lebih tinggi. Dengan demikian pencapaian tersebut terjamin adanya peningkatan kualitas secara kesinambungan agar lulus dari satuan pendidikan selaras dengan kebutuhan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penilaian Berbasis Kelas (PBK) antara lain :

a.       Tujuan program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik berdasarkan kompetensi yang ditetapkan oleh KBK atau kurikulum 2004. tujuan tersebut berupa standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator pencapaian hasil belajar.
b.      Standar keberhasilan yang harus dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang dijadikan rujukan.
c.       Model KBK menitikberatkan pada aspek perbaikan untuk pengajaran bagi guru dan pembelajaran peserta didik di kelas dengan berpedoman pada rambu-rambu kurikulum.
Dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah :
1)      Motivasi
Penilaian Berbasis Kelas hendaknya dipandang sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan guru dan siswa. Penilaian semacam ini tentunya akan memotivasi siswa untuk terus belajar, sehingga hasilnya akan obyektif.
2)      Validitas
Hasil penilaian berbasis kelas harus menjamin tercapainya standar kompetensi, maupun indicator yang dituntut oleh KBK atau kurikulum 2004. kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan KBK akan meningkatkan validitas.

3)      Adil
Semua peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk di nilai tanpa membedakan latar belakang, social-ekonomi, budaya, bahasa dan jenis kelamin.
4)      Terbuka
Penilaian berbasis kelas menekankan adanya keterbukaan, di mana semua pihak baik guru maupun peserta didik perlu mengenal kemajuan masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5)      Berkesinambungan
Penilaian berbasis kelas dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan yang lainnya dan untuk melihat kesinambungan pencapaian antara kompetensi yang satu dengan kompetensi yang lainnya.
6)      Bermakna
Penilaian berbasis kelas memberikan makna yang sangat luas dalam implementasi kurikulum 2004, melalui penilaian berbasis kelas akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi semua pihak dalam melihat perkembangan kemampuan peserta didik dan hendaknya bisa dipahami dan bisa ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
7)      Menyeluruh
Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai tehnik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.[29]
6.      Tehnik dan Bentuk Evaluasi Model KBK
Terdapat dua tehnik evaluasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu non tes dan tes.
a.       Non Tes
Bentuk non tes bisa digunakan untuk mengetahui tentang sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.[30] Bentuk-bentuk non tes tersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Kuesioner
Adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh responden. Dengan kuesioner ini dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman pengetahuan, sikap atau pendapatnya.
2)      Rating Scale
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan di terangkan pada skala atau jarak yang sama cara meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.
3)      Cek List
Adalah deretan pertanyaan di mana responden yang di evaluasi tinggal memberi tanda cocok (ü) di tempat yang sudah disediakan.
4)      Interview
Interview adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan dengan jalan Tanya jawab.
5)      Observasi
Observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada tiga macam observasi yaitu :
ü  Observasi Partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dan ia memasuki serta mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
ü  Observasi Sistematik, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi ia di luar kelompok, dengan demikian pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
ü  Observasi Eksperimental, yaitu observasi yang terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat mengandalkan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[31]
b.      Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang di capai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.[32]
Bentuk-bentuk tes tersebut antara lain :
1)      Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat di lakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2)      Tes Formatif
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
Penilaian formatif yang berlangsung selama pengajaran terdiri dari bentuk tes seperti kuis, ulangan harian, pertanyaan lisan, tugas individu dan tugas kelompok.


3)      Tes Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap akhir semester.[33]
Sebagai mana yang telah dijelaskan di atas bahwa penilaian berbasis kelas merupakan komponen dari kurikulum berbasis kompetensi yang dilakukan untuk memberikan keseimbangan dalam ranah kognitif, afektif psikomotorik dan meta kognitif dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian, bentuk penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Tes Kognitif
1)      Pertanyaan Lisan
Umumnya pertanyaan lisan digunakan untuk menguji penguasaan kompetensi dalam aspek kognitif. Itupun terbatas pada tarif kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.

2)      Kuis
Merupakan bentuk tes berupa uraian singkat, waktu yang diperlukan relative singkat, kurang lebih 15 menit dan hanya menanyakan hal-hal prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran baru dimulai, untuk mengetahui penguasaan pembelajaran yang lalu secara singkat.
3)      Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah (pengetahuan dan pemahaman) sampai pada tingkat berfikir tinggi (aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi). Bentuk ini juga bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya obyektif, dan bisa di koreksi dengan computer.
4)      Uraian Obyektif
Jawaban sudah pasti. Dalam pendidikan agama Islam bentuk soal uraian obyektif ini dapat digunakan pada kemampuan dasar dalam membuat generalisasi.
5)      Uraian Non Obyektif
Dalam uraian ini biasanya siswa diminta untuk menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Bentuk ini juga bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
6)      Jawaban Singkat atau isian singkat
Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.[34] Dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk tes.
7)      Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. [35]
8)      Portofolio
Merupakan Kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Misalnya : laporan kegiatan keagamaan yang diikuti siswa, pengalaman keagamaan siswa, menulis artikel keagamaan, tugas-tugas individu atau kelompok.[36]
b.      Tes Afektif
Menurut Suharsimi Arikunto, tes afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Tes afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu harus diperlukan waktu yang relative lama. [37]


Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk di ukur, yaitu sikap dan minat pada suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negative atau netral. Tentu diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran bersikap positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap pelajaran yang diambilnya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[38]
Pengukuran ranah afektif terutama sikap dan minat, biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang disusun dari yang positif ke yang negative. Jenis soal untuk ranah afektif salah satunya adalah skala likert. Tes afektif sangat dominant khususnya pada aspek penanaman nilai-nilai akhlak.[39]
c.       Tes Psikomotorik
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (Performance) yang telah dikuasai peserta didik.
Tes tersebut menurut Lunette dkk (1981) dapat berupa :
1)      Tes Paper and Pencil
Walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya, missal berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.
2)      Tes Identifikasi
Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak atau yang tidak berfungsi dari suatu alat. 
3)      Tes Simulasi
Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan simulasi tetap dapat di nilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat.
4)      Tes Unjuk Kerja (Work sample)
Tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. 
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (Check-list) ataupun skala penilaian (Rating scale).[40]
Tes ini psikomotorik digunakan untuk kompetensi siswa berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Tes psikomotorik dalam pendidikan agama Islam umumnya berupa praktek ibadah dan cara membaca Al Qur’an.
d.      Tes Meta Kognitif
Dalam aspek meta kognitif terdapat lima keterampilan (kecakapan, kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan social, kecakapan akademik, dan kecakapan vokalisional yang dikenal dengan life skill (kecakapan hidup).[41]
7.      Pelaporan
Hasil pengumpulan informasi hasil belajar dan unjuk kerja siswa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan laporan (report).
Hamper semua guru tidak menyenangi tugas memeriksa pekerjaan (koreksi) dan membuat catatan tentang hasil atau prestasi siswa. Jika disuruh memilih, kebanyakan guru akan lebih menyenangi mengajar dibandingkan dengan memeriksa dan mencatat hasil ulangan.[42]

Setelah melakukan penilaian hasil belajar dan unjuk kerja siswa adalah membuat laporan kemajuan belajar siswa dengan kategori atas dua jenis, yaitu:
a.       Laporan prestasi siswa tiap mata pelajaran yaitu berisi tentang pencapaian kemampuan dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum melalui pembelajaran materi standar yang ditetapkan.
b.      Laporan kemajuan belajar siswa menyeluruh yang menggambarkan kualitas pribadi siswa dan tingkah lakunya sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah siswa belajar melalui berbagai kegiatan baik intra kurikulum maupun ekstrakurikulum.
Hasil penilaian perlu dilaporkan kepada berbagai pihak, yaitu :
a.       Laporan untuk orang tua dan siswa
Pada dasarnya laporan yang berisi catatan tentang diri siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh informasi yang lengkap. Akan tetapi disadari untuk membuat laporan yang lengkap setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu pembuatan laporan kadang-kadang bersifat singkat saja, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk orang tua dan siswa umumnya bersifat singkat. Laporan itu berisi tentang catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu: dengan pernyataan lulus atau belum lulus, dan dengan nilai siswa. Mengenai prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada orang tua dan siswa dapat dilihat dalam buku raport yang diisi pada setiap semester.
b.      Laporan untuk sekolah
Sekolah adalah sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Laporan untuk sekolah tidak hanya dalam bentuk angka melainkan dapat pula bersifat deskriptif tentang siswa.
c.       Laporan untuk masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat adalah berkaitan dengan lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus selalu membawa bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Laporan untuk masyarakat, seperti halnya laporan untuk orang tua dan siswa dibuat secara singkat. Hal tersebut antara lain dengan menerbitkan prestasi setiap siswa dalam bentuk angka.
Pada dasarnya, catatan tentang diri siswa ini di usahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh informasi yang selengkapnya pula. Akan tetapi kita sadari bahwa membuat catatan yang lengkap setiap saat, merupakan tugas yang berat dan meminta banyak waktu. Oleh karena itu, pembuatan catatan laporan itu kadang-kadang disingkat hanya disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak.
Secara garis besar, catatan tentang laporan siswa dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu :
a.       Catatan Lengkap
Catatan tentang siswa yang berisi baik prestasi maupun aspek-aspek pribadi yang lain, misalnya kejujuran, kebersihan, kerajinan, sikap social, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap kepada diri sendiri, disiplin, ketelitian dan sebagainya. Tentang isi catatannya ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat seperti “Baik”, “Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci.
b.      Catatan tidak Lengkap
Catatan tentang siswa yang hanya berisi gambaran tentang prestasi siswa dan hanya sedikit menyinggung tentang kepribadian.
Tentang catatan pelaporan prestasi belajar siswa itu sendiri dapat dibedakan atas dua cara :
ü  Dengan pernyataan lulus – belum lulus
Penilaian atas prestasi belajar dalam system pengajaran yang menganut prinsip belajar tuntas didasarkan atas sudah berhasil atau seorang siswa belum mencapai tujuan.
ü  Dengan nilai siswa
pencatatan dengan nilai dilakukan apabila seluruh siswa dalam satu kelompok berjalan bersama-sama secara klasikal.[43]
Secara sistematis dapat dikemukakan bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi pihak yaitu sebagai berikut :
a.       Siswa sendiri
Bagi siswa, laporan prestasi akan sangat bermanfaat karena ;
ü  Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan.
ü  Dengan mengetahui hasil yang positif dari perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan.
ü  Jika siswa mendapat informasi bahwa itu salah maka lain kali tidak akan mengulangi lagi.
Jadi dapat dikatakan bahwa manfaat laporan bagi siswa adalah sebagai penguat dan penyempurnaan.[44]
b.      Guru yang mengajar
Dengan laporan kemajuan siswa guru akan dengan tenang mengamati hasil tersebut dan Merupakan titik tolak bagi guru untuk menentukan langkah selanjutnya.
c.       Guru lain
Dengan laporan mengenai siswa, maka guru lain atau guru yang menggantikan mengajar akan tahu bagai mana meladeni atau memperlakukan siswa tersebut.

d.      Orang tua
Dengan laporan mengenai siswa Orang dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan serta cita-cita bagi anaknya.[45]

B.     Kajian Tentang Keberhasilan Pembelajaran
1.      Pengertian Keberhasilan Pembelajaran
Sebelum menjelaskan pembelajaran, maka terlebih dahulu penulis memaparkan tenang belajar.
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu da individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungan [46]
Dalam pengertian di atas terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang yang sudah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun dalam sikapnya. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar yang di antaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku, pada diri individunya belajar, tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatakan berhasil atau gagal.

Selanjutnya pengalaman mengajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan antara lain yang akan dikemukakan oleh James S. Brunner dalam bukunya "Towanda Theory of Instruction" mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bahan yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. [47]
Mengingat mengajar merupakan suatu perubahan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan siswa secara moral terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pelajaran yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik karena berkenaan dengan manusia, siswa dan guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapa saja.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Di dalam proses ini tugas siswa adalah memanfaatkan pengajaran guru untuk mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin. Sedangkan tugas guru adalah mengajar di mana guru harus membimbing siswa untuk belajar dan menyediakan kondisi dan siswa yang tepat agar potensi anak dapat berkembang seoptimal mungkin.[48]
Jadi pengertian keberhasilan pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang di capai oleh seseorang setelah mengikuti suatu kegiatan yang dalam hal ini adalah kegiatan dalam kelas, yang berupa kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa tersebut.[49]
Sedangkan yang dimaksud Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami,. Menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan masyarakat untuk persatuan nasional.[50]
Dengan demikian keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu suatu keberhasilan dalam pengajaran yang dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, di mana antara guru dan siswa mengalami interaksi dalam pengajaran yang berlangsung dan tercapainya tujuan pengajaran.
Untuk mengatakan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofisnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlangsung saat ini yang telah disempurnakan antara lain, bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus dapat dicapai.
Untuk  mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai.
2.      Indikator Keberhasilan
Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
b.      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional khusus (TIK) telah di capai siswa baik individu maupun klasikal
Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai siswa. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi meliputi: 1) Kompetensi yang akan di capai; 2) Strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi; 3) Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.[51]


3.      Tingkat Keberhasilan
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukannya dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita menggunakan acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai berikut :
a).    Istimewa / maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa
b).    Baik sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang diajarkan dapat dikuasai siswa.
c).    Baik / minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat dikuasai siswa.
d).   Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan prosentase keberhasilan pembelajaran siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.[52]

Hasil kegiatan pembelajaran tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material substansial, struktural fungsional, maupun secara behavioral. Yang dipersoalkan adalah kepastian  bahwa tingkat prestasi yang di capai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk kepastiannya guru harus mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan pembelajaran dilangsungkannya tingkat dan jenis karakteristik siswa yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan pembelajaran.[53]
4.      Kriteria Keberhasilan Pembelajaran
Menurut Dr. Nana Sudjana bahwa kriteria yang bisa digunakan dalam penilaian proses belajar mengajar secara rinci adalah sebagai berikut:
a.       Konsisten kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Keberhasilan pembelajaran dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek:
ü  Tujuan-tujuan pengajaran
ü  Bahan-bahan pengajaran yang dilaksanakan
ü  Jenis kegiatan yang dilaksanakan
ü  Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
ü  Peralatan yang digunakan untuk setiap masing-masing kegiatan
ü  Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan
b.      Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dari program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang direncanakan dapat terwujudkan sebagaimana seharusnya.
Keterlaksanaan ini dapat di lihat dari hal :
ü  Mengkondisikan belajar siswa
ü  Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar, memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
ü  Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa
ü  Menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar
c.       Keterlaksanaannya oleh siswa
Dalam hal ini di nilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai program yang telah dilakukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan berarti. Keterlaksanaannya oleh siswa dapat di lihat dalam hal :
ü  Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru
ü  Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar
ü  Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru
ü  Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru


d.      Motivasi belajar siswa
Keberhasilan pembelajaran dalam motivasi belajar yang ditujukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dalam hal :
ü  Minat dan perhatian siswa dalam pelajaran
ü  Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
ü  Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajarnya
ü  Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
ü  Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan
e.       Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :
ü  turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
ü  terlibat dalam pemecahan masalah
ü  melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru
ü  menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh
ü  melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
f.       Interaksi guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan komunikasi dua arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dari :
ü  Tanya jawab atau dialog
ü  Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar baik individu atau kelompok
ü  Guru Senantiasa berada dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitas belajar
ü  Tampilnya guru sebagai jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya
g.      Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dilihat dalam hal :
ü  Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa
ü  Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional minimal 75 % dari jumlah instruksional yang harus dicapai
ü  Hasil belajar yang tahan lama selalu di ingat dan di gunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.[54]
5.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Proses belajar mengajar pendidikan agama Islam bertujuan agar terjadinya perubahan dalam diri siswa baik dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya perubahan dalam tiga aspek tersebut dapat berpengaruh terhadap pola tingkah laku siswa, di mana akhirnya cara berfikir dan melakukan sesuatu menjadi relatif menetap pada dirinya, perubahan yang terjadi harus merupakan perubahan tingkah laku harus lebih baik dan sesuai dengan norma-norma Pendidikan agama Islam.

Kemudian agar tercipta suatu keberhasilan  dalam proses belajar mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi  di antaranya adalah :
a.       Tujuan
Tujuan merupakan pedoman dan sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru diharuskan untuk merumuskan tujuan yaitu tujuan pembelajaran khusus dalam setiap pertemuan dalam proses belajar mengajar.
b.       Guru
Merupakan suatu fasilitator dalam suatu proses pembelajaran di mana dia berfungsi sebagai pembimbing, dan selalu mengarahkan cara belajar yang baik bagi siswa agar tercapai hasil maksimal
c.       Siswa
Agar tercipta suatu keberhasilan pembelajaran ada beberapa faktor dalam diri siswa yang berpengaruh yaitu adanya bakat, kemauan, minat dan adanya motivasi untuk belajar.
d.      Metode
Penggunaan metode yang tepat oleh seorang pendidik akan turut menentukan terciptanya suatu keberhasilan dalam pembelajaran, karena hal ini dapat mengurangi adanya kejenuhan dan kebosanan dalam proses pembelajaran. Apabila seorang pendidik menggunakan metode yang tidak sesuai dengan kondisi siswa maka sudah dapat dipastikan keberhasilan belajar tidak mencapai tingkat optimal
e.       Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana juga memegang peranan penting dalam tercapainya suatu keberhasilan belajar.
f.        Lingkungan
Pengaruh lingkungan juga membawa dampak besar terhadap keberhasilan pembelajaran, lingkungan ini meliputi lingkungan sosial, budaya dan juga lingkungan alam.[55]
Menurut Sardiman hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan, bagai manapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan namun jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan out put yang tidak diinginkan.[56]
Sedangkan Mahfud Sholehudin membagi faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya keberhasilan dalam pembelajaran tersebut ke dalam dua bagian, yaitu :
8)      Faktor dari dalam, yaitu :
Kondisi fisik, kondisi panca indera, bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Siswa dalam hal ini sebagai bow input, pada dasarnya telah memiliki karakteristik tatanan baik filosofisnya maupun psikologisnya.


9)      Faktor dari luar
Faktor dari luar yaitu berkenaan dengan lingkungan sekitar, kurikulum, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi.[57]

C.    Pengaruh Penerapan Evaluasi Model KBK terhadap Keberhasilan Pembelajaran PAI Siswa SMP UPTD Negeri I Leuwimunding Majalengka Jawa Barat
Pendidikan secara formal diselenggarakan di sekolah di mana terjadi proses pembelajaran yang melibatkan banyak faktor baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan.
Pengajaran tersebut dilaksanakan mempunyai tujuan tatanan untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan yang telah di capai. Setiap guru berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat ini yang telah disempurnakan, yaitu suatu pembelajaran tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK tersebut guru mengadakan evaluasi selesai menyajikan suatu bahan pelajaran khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam.
Evaluasi ini di sajikan untuk memantau kemajuan belajar siswa maupun kepada guru, berdasarkan hasil evaluasi itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu untuk dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik. Siswa dapat mengetahui bahan pelajarannya yang masih belum dikuasai agar dapat mengupayakan perbaikan, guru dapat melihat hasil pelajaran yang belum dikuasai siswa sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat dikuasai siswa.[58]
 Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap pembelajaran yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian pembelajaran akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.[59]
Dan yang paling dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran adalah daya serap siswa terhadap bahan pelajaran.
Untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan siswa dan keberhasilan guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan sebagai berikut :
a.       Istimewa / maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa
b.      Baik sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang diajarkan dapat dikuasai siswa.


c.       Baik / minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat dikuasai siswa.
d.      Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %
Dengan melihat data yang terdapat format daya serap siswa dalam pelajaran, khususnya bidang studi agama Islam dan prosentasi keberhasilan siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat keberhasilan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah dilakukan siswa dan guru.
Dengan demikian, intensitas evaluasi sangat dibutuhkan demi kelangsungan pembelajaran untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK. Jika TIK telah tercapai, otomatis keberhasilan pembelajaran siswa khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat tercapai secara optimal.

18] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar dan Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 1
[19] Wayan Nur Kanca, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 1
[20]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 1
[21] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3
[22] Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Balitbank dan Pusat Kurikulum, 2002), h. 1
[23] Sumarna Surapranata, Moh Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4-5
[24] Depdiknas, Op.Cit, h. 3
[25] Jurnal Pendidikan dasar dan menengah KBK, (Genteng Kali Vol 4), h. 7
[26] Ibid, h, 18
[27] E Mulyasa, Op.Cit, h. 105
[28] Sumarna Surapranata, Op.Cit, h. 21
[29] Ibid, h. 8-10
[30] Depdiknas, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Pusat Kurikulum Balitbang, 2004), h. 25

[31] Suharsimi, Op.cit, h. 26-31
[32] Wayan Nurkancana, Op.Cit, h. 34
[33] Daryanto, Op.cit, h. 26
[34] Ibid, h 23
[35] Depdiknas. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian, h. 22
[36] Depdiknas, Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMU, Pedoman Khusus Model 3 Agama Islam, (Jakarta : 2002) hal. 22
[37] Suharsimi Arikunto, Op.cit,  h. 177
[38] Depdiknas, Op.cit. h. 49
[39] Ibid, h. 25
[40] Depdiknas, Pedoman Umum, Op.cit, h. 51-55
[41] Depdiknas, Op.cit. h. 25
[42] Suharsimi, Op.cit, h. 281
[43] Ibid, h. 286
[44] Suharsimi, Op.cit, h. 282
[45] Ibid, h. 284
[46] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), h. 4
[47] Ibid, h. 5
[48] Rosita NK., Masalah Pengajaran Suatu Sistem, (Jakarta : Bina Aksara, 1986), h. 36
[49] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, tt), h. 23
[50] Muhaimin, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya : Citra Media, 1996), h. 1
[51] Depdiknas, Pedoman Umum Pengembangan Silabus, (Proyek Peningkatan Mutu Jawa Timur, 2003), h. 12
[52] Moh. Uzer Usman, Op.cit, h. 1
[53] A Wahyu Parihin, Strategi Pembelajaran PAI Berbasis Kompetensi, (Biro Penerbit dan Pengembangan Perpustakaan STAI Al-Khoziny, Sidoarjo, 2006), h. 27
[54] Nana Sudjana, Op.cit, h. 59-62
[55] Depdiknas, Penilaian Proses …, h.
[56] Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet. VI, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 144
[57] Mahfud Sholehudin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), h. 57
[58] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), h. 12-13
[59] Slameto, Op.cit, h. 99
[60] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 1997), h. 67
[61] Ari Wahyudi, Pengantar Metode Penelitian, (Surabaya; 1998), h.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Penanggung Jawab Miftah Budi Kurniawan | Supported by Cheat Game 4U