KBK
A.
Penerapan
Evaluasi Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
1.
Pengertian
Evaluasi Model KBK
Istilah evaluasi berasal dari Bahasa
Inggris “Evaluation” yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan
nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.[18]
Di bawah ini akan dikemukakan
beberapa pendapat tentang evaluasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a.
E Wand dan
W Brown, mengatakan bahwa “Evaluation refers to the act of process to
determining the value something”. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai pada sesuatu.[19]
b.
Menurut
Bloom “Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to
determine whether in fact certain changes are taking place in the learns as to
determine the amount or degree of change in individual students”. Yang
artinya evaluasi sebagai mana kita lihat adalah pengumpulan kenyataan secara
sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam
pribadi siswa.[20]
c.
Sedangkan menurut
Norman E Gronlund, “Evaluation a Systematic process of determining the
extent to which instructional objectives are achieved by pupil”. Evaluasi
adalah suatu system yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.[21]
Dalam KBK, penilaian adalah merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.[22]
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi
KBK adalah peruses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa dengan prinsip penilaian berkelanjutan, bukti autentik,
akurat dan konsisten yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau
menjelaskan unjuk kerja (Performance) atau prestasi siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas terkait.
Pelaksanaan penilaian dilaksanakan
secara terpadu antara penilaian hasil dan proses pembelajaran yang disebut juga
dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK).
2.
Tujuan dan
Fungsi Evaluasi Model KBK
Secara umum semua jenis penilaian
bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggung
jawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat dan untuk mengetahui
ketercapaian mutu pendidikan secara umum.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
bertujuan untuk
a.
Menjamin
agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum, guru
mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik melalui berbagai jenis
penilaian kelas untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan dalam KBK sesuai waktu yang telah ditentukan
b.
Memeriksa
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung
c.
Mencari
dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses
pembelajaran. Melalui penilaian berbasis kelas guru dapat menganalisis
kelemahan yang terjadi sehingga pengajaran yang lebih efektif dapat segera di
lakukan
d.
Menyimpulkan
apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Kesimpulan ini sangat penting dilakukan sebagai
bagian dari pelaporan yang di sampaikan kepada peserta didik, orang tua,
sekolah, atau pihak lain yang memerlukan pelaporan hasil pendidikan.[23]
Adapun tujuan yang utama dari
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yaitu :
a.
Memberikan
penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam belajar
Penilaian ini di gunakan untuk
menentukan apakah siswa dapat mengikuti tingkat atau kelas berikutnya,
penilaian jenis ini seringkali disebut penilaian sumatif, yang memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah di capai siswa.
b.
Memperbaiki
program kegiatan belajar mengajar dan belajar siswa.
Penilaian untuk tujuan ini, digunakan
untuk melihat apakah siswa sudah mengetahui, memahami dan terampil pada suatu
bahasan pelajaran. Penilaian ini sering disebut penilaian formatif, yang
bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar.[24]
Dari penilaian di atas dapat penulis
simpulkan betapa pentingnya kita mengadakan evaluasi. Hal ini di maksudkan
untuk memperoleh data, membuat putaran dan membuat alternative dan tindak
lanjut terhadap proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan terjadi
perubahan yang akan mengarah pada tujuan pendidikan.
Dalam penilaian PBK yang mengacu pada
KBK terdapat fungsi untuk:
a.
Umpan
balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga dapat menimbulkan
motivasi untuk memperbaiki hasil belajar
b.
Memantau
kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya
pengayaan dan remidialisasi untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kemajuan dan
kemampuannya
c.
Memberi
masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas
d.
Memungkinkan
siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan
belajar yang berbeda-beda
e.
Memberikan
informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektifitas pendidikan
sehingga meningkatkan partisipasinya.[25]
Jadi, dengan adanya evaluasi kita
dapat mengetahui sejauh mana efisiensi, metode, tehnik dan alat bantu yang
digunakan, mengetahui siswa yang belum menguasai kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dan mengalami kesulitan belajar, serta evaluasi juga dapat
memberikan informasi kepada orang tua/wali siswa dan masyarakat serta bagi
siswa itu sendiri
Kriteria atau hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian antara lain :
a.
Penilaian
dapat di lakukan melalui tes dan non tes
b.
Penilaian
harus memenuhi tiga aspek kemampuannya itu pengetahuan, keterampilan dan sikap
c.
Menggunakan
berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar berlangsung, misalnya
mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan
memberikan tes
d.
Pemilihan
alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
e.
Mengacu
kepada fungsi dan tujuan penilaian, misalnya memberikan umpan balik, pemberian
informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya dan memberi
laporan kepada orang tua
f.
Alat penilaian
harus mendorong kemampuan penilaian dan kreativitas siswa, misalnya tes
tertulis uraian, tes kinerja, hasil kerja siswa (proyek) dan portofolio.
g.
Mengacu
kepada prinsip deferensiasi, yakni memberikan peluang yang adil kepada semua
siswa.[26]
3.
Macam-macam
Evaluasi Model KBK
a.
Penilaian
Kelas
Penilaian kelas dilakukan oleh guru
untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar dan penentuan
kenaikan kelas.
Penilaian kelas terdiri atas ulangan
harian, pemberian tugas dan ulangan umum. Bahan penilaian kelas dikembangkan
berdasarkan pada kurikulum dan dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan.
b.
Tes
kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk
mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam
rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial), tes kemampuan dasar
dilakukan pada setiap tahun.
c.
Penilaian
akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun
pelajaran di selenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara
utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu
tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang
dicantumkan dalam surat
tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada
akhir jenjang sekolah.
d.
Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk
mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu
keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat
sekolah, daerah atau nasional. Penilaian di lakukan secara berkesinambungan,
sehingga siswa dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan usaha dan kesulitannya.
Untuk memperoleh data dan informasi
tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara
nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan, hasil penilaian
tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak untuk
memberikan nilai akhir siswa/ hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar
untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah.
e.
Penilaian
program
Penilaian program dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan dinas pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan.
Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.[27]
4.
Jenis
Evaluasi Model KBK
Terdapat lima jenis evaluasi model KBK di antaranya
adalah :
a.
Paper and
pencil test
Siswa diminta untuk merespons
serangkaian pertanyaan, melengkapi kalimat, pilihan ganda, peta konsep, menulis
karangan (essay) skala sikap dan mendeskripsikan response tertulis siswa
digunakan sebagai sumber untuk mengetahui ada tingkat pengetahuan atau
pemahaman keterampilan/kemampuan serta sikap dan nilai yang telah di miliknya.
b.
Performance
Penilaian yang menuntut siswa untuk
melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang telah diamati oleh guru. Misalnya,
diskusi, praktek ibadah dan bermain peran. Penyekoran pada tes penampilan
menggunakan skala rating dan daftar ceklis.
c.
Project
Penilaian proyek dilakukan mulai dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data project jika
akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada
proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi.
d.
Product
Penilaian hasil kerja peserta didik
(produk) adalah penilaian berbasis kelas terhadap penguasaan keterampilan
peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) tertentu. Dalam penilaian
produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas yaitu penilaian peserta
didik tentang :
1)
Pemilihan,
cara menggunakan alat dan prosedur kerja
2)
Kualitas teknis
maupun estentik suatu karya atau produk
Pelaksanaan penilaian produk meliputi
penilaian terhadap tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)
Tahapan
persiapan, menilai keterampilan merencanakan, merancang, menggali, atau
mengembangkan.
2)
Tahapan
produksi, menilai kemampuan memilih dan menggunakan, alat dan tehnik kerja.
3)
Tahapan
penilaian (appraisal)
e.
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan
penilaian sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu, dibenarkan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu.[28]
5.
Prinsip-prinsip
Evaluasi Model KBK
Penyelenggaraan Penilaian Berbasis
Kelas (PBK) sangat terasa manfaatnya manakala dihubungkan dengan rencana
penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 dengan
mengacu pada paradigma baru yang mewujudkan pencapaian target kompetensi yang
lebih tinggi. Dengan demikian pencapaian tersebut terjamin adanya peningkatan
kualitas secara kesinambungan agar lulus dari satuan pendidikan selaras dengan
kebutuhan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) antara lain :
a.
Tujuan
program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta
didik berdasarkan kompetensi yang ditetapkan oleh KBK atau kurikulum 2004.
tujuan tersebut berupa standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator
pencapaian hasil belajar.
b.
Standar
keberhasilan yang harus dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang
dijadikan rujukan.
c.
Model KBK
menitikberatkan pada aspek perbaikan untuk pengajaran bagi guru dan pembelajaran
peserta didik di kelas dengan berpedoman pada rambu-rambu kurikulum.
Dalam pelaksanaan penilaian berbasis
kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan,
terutama dalam rangka pencapaian kompetensi. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain adalah :
1)
Motivasi
Penilaian Berbasis Kelas hendaknya dipandang sebagai
upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan guru dan siswa. Penilaian semacam
ini tentunya akan memotivasi siswa untuk terus belajar, sehingga hasilnya akan
obyektif.
2)
Validitas
Hasil penilaian berbasis kelas harus menjamin
tercapainya standar kompetensi, maupun indicator yang dituntut oleh KBK atau
kurikulum 2004. kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan KBK
akan meningkatkan validitas.
3)
Adil
Semua peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk
di nilai tanpa membedakan latar belakang, social-ekonomi, budaya, bahasa dan
jenis kelamin.
4)
Terbuka
Penilaian berbasis kelas menekankan adanya keterbukaan,
di mana semua pihak baik guru maupun peserta didik perlu mengenal kemajuan
masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5)
Berkesinambungan
Penilaian berbasis kelas dilakukan secara berencana,
bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan yang lainnya dan untuk
melihat kesinambungan pencapaian antara kompetensi yang satu dengan kompetensi
yang lainnya.
6)
Bermakna
Penilaian berbasis kelas memberikan makna yang sangat
luas dalam implementasi kurikulum 2004, melalui penilaian berbasis kelas akan
memberikan manfaat yang sangat besar bagi semua pihak dalam melihat
perkembangan kemampuan peserta didik dan hendaknya bisa dipahami dan bisa
ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian
mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung
informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
7)
Menyeluruh
Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai
tehnik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap
tentang kinerja peserta didik, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.[29]
6.
Tehnik dan
Bentuk Evaluasi Model KBK
Terdapat dua tehnik evaluasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu non tes dan tes.
a.
Non Tes
Bentuk non tes bisa digunakan untuk
mengetahui tentang sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran
tertentu.[30]
Bentuk-bentuk non tes tersebut antara lain sebagai berikut :
1)
Kuesioner
Adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh responden.
Dengan kuesioner ini dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman
pengetahuan, sikap atau pendapatnya.
2)
Rating
Scale
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk
angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan di
terangkan pada skala atau jarak yang sama cara meletakkannya secara bertingkat
dari yang rendah ke yang tinggi.
3)
Cek List
Adalah deretan pertanyaan di mana responden yang di
evaluasi tinggal memberi tanda cocok (ü) di tempat yang sudah disediakan.
4)
Interview
Interview adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan dengan jalan Tanya jawab.
5)
Observasi
Observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada tiga macam
observasi yaitu :
ü Observasi Partisipan, yaitu observasi yang
dilakukan oleh pengamat dan ia memasuki serta mengikuti kegiatan kelompok yang
sedang diamati.
ü Observasi Sistematik, yaitu observasi yang
dilakukan oleh pengamat, tetapi ia di luar kelompok, dengan demikian pengamat
tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
ü Observasi Eksperimental, yaitu observasi yang
terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat
mengandalkan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi
itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[31]
b.
Tes
Tes adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan
dengan nilai yang di capai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan.[32]
Bentuk-bentuk tes tersebut antara
lain :
1)
Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat di lakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2)
Tes
Formatif
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
Penilaian formatif yang berlangsung
selama pengajaran terdiri dari bentuk tes seperti kuis, ulangan harian,
pertanyaan lisan, tugas individu dan tugas kelompok.
3)
Tes
Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah
berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Dalam pengalaman di sekolah, tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan
umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap akhir semester.[33]
Sebagai mana yang telah dijelaskan di
atas bahwa penilaian berbasis kelas merupakan komponen dari kurikulum berbasis
kompetensi yang dilakukan untuk memberikan keseimbangan dalam ranah kognitif,
afektif psikomotorik dan meta kognitif dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian,
bentuk penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Tes
Kognitif
1)
Pertanyaan
Lisan
Umumnya pertanyaan lisan digunakan
untuk menguji penguasaan kompetensi dalam aspek kognitif. Itupun terbatas pada
tarif kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
2)
Kuis
Merupakan bentuk tes berupa uraian
singkat, waktu yang diperlukan relative singkat, kurang lebih 15 menit dan
hanya menanyakan hal-hal prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran baru
dimulai, untuk mengetahui penguasaan pembelajaran yang lalu secara singkat.
3)
Pilihan
Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat
dipakai untuk penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah (pengetahuan
dan pemahaman) sampai pada tingkat berfikir tinggi (aplikasi, analisis sintesis
dan evaluasi). Bentuk ini juga bisa mencakup banyak materi pelajaran,
penskorannya obyektif, dan bisa di koreksi dengan computer.
4)
Uraian
Obyektif
Jawaban sudah pasti. Dalam pendidikan
agama Islam bentuk soal uraian obyektif ini dapat digunakan pada kemampuan
dasar dalam membuat generalisasi.
5)
Uraian Non
Obyektif
Dalam uraian ini biasanya siswa
diminta untuk menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Bentuk ini juga bisa menggali
informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta
didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
6)
Jawaban
Singkat atau isian singkat
Bentuk ini cocok digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang
diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.[34]
Dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk
menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk tes.
7)
Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui
pemahaman peserta tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. [35]
8)
Portofolio
Merupakan Kumpulan hasil karya, tugas
atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Misalnya
: laporan kegiatan keagamaan yang diikuti siswa, pengalaman keagamaan siswa,
menulis artikel keagamaan, tugas-tugas individu atau kelompok.[36]
b.
Tes
Afektif
Menurut Suharsimi Arikunto, tes
afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Tes afektif tidak dapat
dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu-waktu harus diperlukan waktu yang relative lama. [37]
Komponen afektif ikut menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua komponen afektif yang
penting untuk di ukur, yaitu sikap dan minat pada suatu pelajaran. Sikap
peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negative atau netral. Tentu
diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran bersikap positif
sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik
yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya
akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu guru memiliki tugas untuk
membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap
pelajaran yang diambilnya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[38]
Pengukuran ranah afektif terutama
sikap dan minat, biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang
disusun dari yang positif ke yang negative. Jenis soal untuk ranah afektif
salah satunya adalah skala likert. Tes afektif sangat dominant khususnya pada
aspek penanaman nilai-nilai akhlak.[39]
c.
Tes
Psikomotorik
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik
adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (Performance) yang
telah dikuasai peserta didik.
Tes tersebut menurut Lunette dkk
(1981) dapat berupa :
1)
Tes Paper
and Pencil
Walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang
menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya,
missal berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.
2)
Tes
Identifikasi
Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak
atau yang tidak berfungsi dari suatu alat.
3)
Tes
Simulasi
Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya
yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan
simulasi tetap dapat di nilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu
alat.
4)
Tes Unjuk
Kerja (Work sample)
Tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil
menggunakan alat tersebut.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa
tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja semuanya dapat diperoleh
datanya dengan menggunakan daftar cek (Check-list) ataupun skala
penilaian (Rating scale).[40]
Tes ini psikomotorik digunakan untuk
kompetensi siswa berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Tes psikomotorik
dalam pendidikan agama Islam umumnya berupa praktek ibadah dan cara membaca Al
Qur’an.
d.
Tes Meta
Kognitif
Dalam aspek meta kognitif terdapat lima keterampilan
(kecakapan, kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan social,
kecakapan akademik, dan kecakapan vokalisional yang dikenal dengan life skill
(kecakapan hidup).[41]
7.
Pelaporan
Hasil pengumpulan informasi hasil
belajar dan unjuk kerja siswa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan laporan (report).
Hamper semua guru tidak menyenangi
tugas memeriksa pekerjaan (koreksi) dan membuat catatan tentang hasil atau
prestasi siswa. Jika disuruh memilih, kebanyakan guru akan lebih menyenangi
mengajar dibandingkan dengan memeriksa dan mencatat hasil ulangan.[42]
Setelah melakukan penilaian hasil
belajar dan unjuk kerja siswa adalah membuat laporan kemajuan belajar siswa
dengan kategori atas dua jenis, yaitu:
a.
Laporan
prestasi siswa tiap mata pelajaran yaitu berisi tentang pencapaian kemampuan
dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum melalui pembelajaran materi standar
yang ditetapkan.
b.
Laporan
kemajuan belajar siswa menyeluruh yang menggambarkan kualitas pribadi siswa dan
tingkah lakunya sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah siswa belajar melalui
berbagai kegiatan baik intra kurikulum maupun ekstrakurikulum.
Hasil penilaian perlu dilaporkan
kepada berbagai pihak, yaitu :
a.
Laporan
untuk orang tua dan siswa
Pada dasarnya laporan yang berisi
catatan tentang diri siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh
informasi yang lengkap. Akan tetapi disadari untuk membuat laporan yang lengkap
setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu
pembuatan laporan kadang-kadang bersifat singkat saja, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk orang
tua dan siswa umumnya bersifat singkat. Laporan itu berisi tentang catatan
prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu:
dengan pernyataan lulus atau belum lulus, dan dengan nilai siswa. Mengenai
prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada orang tua dan siswa dapat dilihat
dalam buku raport yang diisi pada setiap semester.
b.
Laporan
untuk sekolah
Sekolah adalah sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena
itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan siswa
yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat diperhatikan
dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Laporan untuk sekolah tidak hanya dalam
bentuk angka melainkan dapat pula bersifat deskriptif tentang siswa.
c.
Laporan
untuk masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat adalah berkaitan
dengan lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus selalu membawa bukti bahwa
mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Laporan untuk
masyarakat, seperti halnya laporan untuk orang tua dan siswa dibuat secara
singkat. Hal tersebut antara lain dengan menerbitkan prestasi setiap siswa dalam
bentuk angka.
Pada dasarnya, catatan tentang diri
siswa ini di usahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh informasi yang
selengkapnya pula. Akan tetapi kita sadari bahwa membuat catatan yang lengkap
setiap saat, merupakan tugas yang berat dan meminta banyak waktu. Oleh karena
itu, pembuatan catatan laporan itu kadang-kadang disingkat hanya disesuaikan
dengan kebutuhan yang mendesak.
Secara garis besar, catatan tentang
laporan siswa dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu :
a.
Catatan
Lengkap
Catatan tentang siswa yang berisi
baik prestasi maupun aspek-aspek pribadi yang lain, misalnya kejujuran,
kebersihan, kerajinan, sikap social, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap
kepada diri sendiri, disiplin, ketelitian dan sebagainya. Tentang isi
catatannya ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat seperti “Baik”,
“Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci.
b.
Catatan
tidak Lengkap
Catatan tentang siswa yang hanya
berisi gambaran tentang prestasi siswa dan hanya sedikit menyinggung tentang
kepribadian.
Tentang catatan pelaporan prestasi belajar siswa itu
sendiri dapat dibedakan atas dua cara :
ü Dengan pernyataan lulus – belum lulus
Penilaian atas prestasi belajar dalam system pengajaran
yang menganut prinsip belajar tuntas didasarkan atas sudah berhasil atau seorang
siswa belum mencapai tujuan.
ü Dengan nilai siswa
pencatatan dengan nilai dilakukan apabila seluruh siswa
dalam satu kelompok berjalan bersama-sama secara klasikal.[43]
Secara sistematis dapat dikemukakan
bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi pihak yaitu sebagai berikut :
a.
Siswa
sendiri
Bagi siswa, laporan prestasi akan
sangat bermanfaat karena ;
ü Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu
akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan.
ü Dengan mengetahui hasil yang positif dari
perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan.
ü Jika siswa mendapat informasi bahwa itu salah
maka lain kali tidak akan mengulangi lagi.
Jadi dapat dikatakan bahwa manfaat
laporan bagi siswa adalah sebagai penguat dan penyempurnaan.[44]
b.
Guru yang
mengajar
Dengan laporan kemajuan siswa guru akan
dengan tenang mengamati hasil tersebut dan Merupakan titik tolak bagi guru
untuk menentukan langkah selanjutnya.
c.
Guru lain
Dengan laporan mengenai siswa, maka
guru lain atau guru yang menggantikan mengajar akan tahu bagai mana meladeni
atau memperlakukan siswa tersebut.
d.
Orang tua
Dengan laporan mengenai siswa Orang
dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan serta cita-cita bagi anaknya.[45]
B.
Kajian
Tentang Keberhasilan Pembelajaran
1.
Pengertian
Keberhasilan Pembelajaran
Sebelum menjelaskan pembelajaran,
maka terlebih dahulu penulis memaparkan tenang belajar.
Belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu da individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungan [46]
Dalam pengertian di atas terdapat
kata perubahan yang berarti bahwa seseorang yang sudah mengalami proses belajar
akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya,
keterampilannya maupun dalam sikapnya. Hal ini merupakan salah satu kriteria
keberhasilan belajar yang di antaranya ditandai oleh terjadinya perubahan
tingkah laku, pada diri individunya belajar, tanpa adanya perubahan tingkah
laku, belajar dapat dikatakan berhasil atau gagal.
Selanjutnya pengalaman mengajar yang
dikemukakan oleh para pakar pendidikan antara lain yang akan dikemukakan oleh James
S. Brunner dalam bukunya "Towanda Theory
of Instruction" mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide,
problem atau pengetahuan dalam bahan yang sederhana sehingga dapat dipahami
oleh setiap siswa. [47]
Mengingat mengajar merupakan suatu
perubahan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan
siswa secara moral terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas
mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pelajaran yang bersifat unik,
tetapi sederhana. Dikatakan unik karena berkenaan dengan manusia, siswa dan
guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat.
Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan
sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapa saja.
Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Di dalam proses ini tugas siswa adalah memanfaatkan
pengajaran guru untuk mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.
Sedangkan tugas guru adalah mengajar di mana guru harus membimbing siswa untuk
belajar dan menyediakan kondisi dan siswa yang tepat agar potensi anak dapat
berkembang seoptimal mungkin.[48]
Jadi pengertian keberhasilan
pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang di capai oleh
seseorang setelah mengikuti suatu kegiatan yang dalam hal ini adalah kegiatan
dalam kelas, yang berupa kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa
tersebut.[49]
Sedangkan yang dimaksud Pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami,. Menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan latihan dengan memperhatikan masyarakat untuk persatuan
nasional.[50]
Dengan demikian keberhasilan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu suatu keberhasilan dalam pengajaran
yang dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, di mana antara guru dan
siswa mengalami interaksi dalam pengajaran yang berlangsung dan tercapainya
tujuan pengajaran.
Untuk mengatakan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan
masing-masing sejalan dengan filosofisnya. Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlangsung saat ini yang telah
disempurnakan antara lain, bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus dapat
dicapai.
Untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus, guru perlu
mengadakan tes formatif setiap selesai mengajarkan bahan pelajaran kepada
siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai.
2.
Indikator
Keberhasilan
Indikator yang dijadikan tolak ukur
dalam mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,
berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan
adalah sebagai berikut :
a.
Daya serap
terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok.
b.
Perilaku
yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional khusus (TIK) telah
di capai siswa baik individu maupun klasikal
Dalam pembelajaran berbasis
kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pokok pembelajaran berbasis
kompetensi meliputi: 1) Kompetensi yang akan di capai; 2) Strategi penyampaian
untuk mencapai kompetensi; 3) Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan
untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.[51]
3.
Tingkat
Keberhasilan
Untuk mengetahui sampai sejauh mana
tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukannya dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita menggunakan
acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat
ini adalah sebagai berikut :
a).
Istimewa /
maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai siswa
b).
Baik
sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang
diajarkan dapat dikuasai siswa.
c).
Baik /
minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat
dikuasai siswa.
d).
Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %.
Dengan melihat data yang terdapat
dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan prosentase keberhasilan
pembelajaran siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.[52]
Hasil kegiatan pembelajaran tercermin
dalam perubahan perilaku, baik secara material substansial, struktural
fungsional, maupun secara behavioral. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang di capai siswa
itu apakah benar merupakan hasil kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk kepastiannya guru harus mengetahui
tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan
mulai dengan kegiatan pembelajaran dilangsungkannya tingkat dan jenis
karakteristik siswa yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan
pembelajaran.[53]
4.
Kriteria
Keberhasilan Pembelajaran
Menurut Dr. Nana Sudjana bahwa
kriteria yang bisa digunakan dalam penilaian proses belajar mengajar secara
rinci adalah sebagai berikut:
a.
Konsisten
kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Keberhasilan pembelajaran dilihat
sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan
aspek-aspek:
ü Tujuan-tujuan pengajaran
ü Bahan-bahan pengajaran yang dilaksanakan
ü Jenis kegiatan yang dilaksanakan
ü Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
ü Peralatan yang digunakan untuk setiap
masing-masing kegiatan
ü Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan
b.
Keterlaksanaannya
oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan
dari program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang
direncanakan dapat terwujudkan sebagaimana seharusnya.
Keterlaksanaan ini dapat di lihat
dari hal :
ü Mengkondisikan belajar siswa
ü Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan
belajar, memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
ü Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
siswa
ü Menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat
itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar
c.
Keterlaksanaannya
oleh siswa
Dalam hal ini di nilai sejauh mana
siswa melakukan kegiatan belajar sesuai program yang telah dilakukan guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan berarti. Keterlaksanaannya oleh siswa dapat di
lihat dalam hal :
ü Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan
guru
ü Semua siswa turut serta melakukan kegiatan
belajar
ü Memanfaatkan semua sumber belajar yang
disediakan guru
ü Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan guru
d.
Motivasi
belajar siswa
Keberhasilan pembelajaran dalam
motivasi belajar yang ditujukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dalam hal :
ü Minat dan perhatian siswa dalam pelajaran
ü Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas
belajarnya
ü Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas belajarnya
ü Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus
yang diberikan guru
ü Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas
yang diberikan
e.
Keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam
hal :
ü turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
ü terlibat dalam pemecahan masalah
ü melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk
guru
ü menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperoleh
ü melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah
sejenis
f.
Interaksi
guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan
dengan komunikasi dua arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dari :
ü Tanya jawab atau dialog
ü Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar baik individu atau kelompok
ü Guru Senantiasa berada dalam situasi belajar
mengajar sebagai fasilitas belajar
ü Tampilnya guru sebagai jalan keluar manakala
siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya
g.
Kualitas
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu keberhasilan pembelajaran
dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dilihat dalam
hal :
ü Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa
ü Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan
instruksional minimal 75 % dari jumlah instruksional yang harus dicapai
ü Hasil belajar yang tahan lama selalu di ingat
dan di gunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.[54]
5.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Proses belajar mengajar pendidikan
agama Islam bertujuan agar terjadinya perubahan dalam diri siswa baik dalam
segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya perubahan dalam tiga
aspek tersebut dapat berpengaruh terhadap pola tingkah laku siswa, di mana
akhirnya cara berfikir dan melakukan sesuatu menjadi relatif menetap pada
dirinya, perubahan yang terjadi harus merupakan perubahan tingkah laku harus
lebih baik dan sesuai dengan norma-norma Pendidikan agama Islam.
Kemudian agar tercipta suatu
keberhasilan dalam proses belajar
mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi
di antaranya adalah :
a.
Tujuan
Tujuan merupakan pedoman dan sasaran
yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebelum
proses belajar mengajar berlangsung guru diharuskan untuk merumuskan tujuan
yaitu tujuan pembelajaran khusus dalam setiap pertemuan dalam proses belajar
mengajar.
b.
Guru
Merupakan suatu fasilitator dalam
suatu proses pembelajaran di mana dia berfungsi sebagai pembimbing, dan selalu
mengarahkan cara belajar yang baik bagi siswa agar tercapai hasil maksimal
c.
Siswa
Agar tercipta suatu keberhasilan
pembelajaran ada beberapa faktor dalam diri siswa yang berpengaruh yaitu adanya
bakat, kemauan, minat dan adanya motivasi untuk belajar.
d.
Metode
Penggunaan metode yang tepat oleh
seorang pendidik akan turut menentukan terciptanya suatu keberhasilan dalam
pembelajaran, karena hal ini dapat mengurangi adanya kejenuhan dan kebosanan
dalam proses pembelajaran. Apabila seorang pendidik menggunakan metode yang
tidak sesuai dengan kondisi siswa maka sudah dapat dipastikan keberhasilan
belajar tidak mencapai tingkat optimal
e.
Sarana dan
prasarana
Sarana dan prasarana juga memegang
peranan penting dalam tercapainya suatu keberhasilan belajar.
f.
Lingkungan
Pengaruh lingkungan juga membawa
dampak besar terhadap keberhasilan pembelajaran, lingkungan ini meliputi
lingkungan sosial, budaya dan juga lingkungan alam.[55]
Menurut Sardiman hubungan guru dengan
siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan,
bagai manapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan namun jika hubungan guru
dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan out
put yang tidak diinginkan.[56]
Sedangkan Mahfud Sholehudin membagi
faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya keberhasilan dalam pembelajaran
tersebut ke dalam dua bagian, yaitu :
8)
Faktor
dari dalam, yaitu :
Kondisi fisik, kondisi panca indera,
bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Siswa dalam hal ini
sebagai bow input, pada dasarnya telah memiliki karakteristik tatanan baik filosofisnya
maupun psikologisnya.
9)
Faktor
dari luar
Faktor dari luar yaitu berkenaan
dengan lingkungan sekitar, kurikulum, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi.[57]
C.
Pengaruh
Penerapan Evaluasi Model KBK terhadap Keberhasilan Pembelajaran PAI Siswa SMP UPTD
Negeri I Leuwimunding Majalengka Jawa Barat
Pendidikan secara formal
diselenggarakan di sekolah di mana terjadi proses pembelajaran yang melibatkan
banyak faktor baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan.
Pengajaran tersebut dilaksanakan
mempunyai tujuan tatanan untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan
yang telah di capai. Setiap guru berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat
ini yang telah disempurnakan, yaitu suatu pembelajaran tentang suatu bahan
pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya
tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya
TIK tersebut guru mengadakan evaluasi selesai menyajikan suatu bahan pelajaran
khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam.
Evaluasi ini di sajikan untuk
memantau kemajuan belajar siswa maupun kepada guru, berdasarkan hasil evaluasi
itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu untuk dijelaskan
kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik. Siswa dapat mengetahui
bahan pelajarannya yang masih belum dikuasai agar dapat mengupayakan perbaikan,
guru dapat melihat hasil pelajaran yang belum dikuasai siswa sehingga dapat
mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat dikuasai
siswa.[58]
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik terhadap pembelajaran yang akan dijadikan sebagai titik
tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan akan senantiasa
ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian pembelajaran akan
senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar yang
optimal.[59]
Dan yang paling dijadikan sebagai
tolak ukur keberhasilan pembelajaran adalah daya serap siswa terhadap bahan
pelajaran.
Untuk mengetahui sampai di mana tingkat
keberhasilan siswa dan keberhasilan guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan
sebagai berikut :
a.
Istimewa /
maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai siswa
b.
Baik
sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang
diajarkan dapat dikuasai siswa.
c.
Baik /
minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat
dikuasai siswa.
d.
Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %
Dengan melihat data yang terdapat
format daya serap siswa dalam pelajaran, khususnya bidang studi agama Islam dan
prosentasi keberhasilan siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat
keberhasilan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah dilakukan siswa dan guru.
Dengan demikian, intensitas evaluasi
sangat dibutuhkan demi kelangsungan pembelajaran untuk mengetahui tercapai
tidaknya TIK. Jika TIK telah tercapai, otomatis keberhasilan pembelajaran siswa
khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat tercapai secara optimal.
D.
Hipotesis
Penelitian
Pengertian Hipotesis sebagaimana
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sebagai terbukti melalui data yang
terkumpul.[60]
Sedangkan menurut pendapat Ari
Wahyudi, Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentative tentang
hubungan antara dua variable atau lebih.[61]
Dari pendapat di atas dapat dipahami
dan di simpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau kesimpulan sementara
terhadap masalah penilaian, karma itu masih perlu adanya pembuktian
kebenarannya dan secara teoritis akan mendorong peneliti untuk membuktikannya
dalam penelitian.
Berkaitan dengan penelitian ini, maka
penulis menggunakan hipotesis kerja atau alternative (Ha) dan hipotesis nihil
(Ho) sebagai kesimpulan sementara yaitu dengan rumusan :
- Hipotesis kerja/alternative (Ha) dengan pernyataan adanya keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan evaluasi model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
- Hipotesis nihil (Ho) dengan pernyataan tidak adanya keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan evaluasi model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
[18] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar dan Tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1999), h. 1
[19] Wayan Nur Kanca, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1986), h. 1
[20]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
h. 1
[21] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi
Pengajaran, (Bandung;
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3
[22] Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Balitbank dan Pusat Kurikulum,
2002), h. 1
[23] Sumarna Surapranata, Moh Hatta, Penilaian Portofolio
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4-5
[24] Depdiknas, Op.Cit, h. 3
[25] Jurnal Pendidikan dasar dan menengah KBK, (Genteng Kali Vol
4), h. 7
[26] Ibid, h, 18
[27] E Mulyasa, Op.Cit, h. 105
[28] Sumarna Surapranata, Op.Cit, h. 21
[29] Ibid, h. 8-10
[30] Depdiknas, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi, (Pusat Kurikulum Balitbang, 2004), h. 25
[31] Suharsimi, Op.cit, h. 26-31
[32] Wayan Nurkancana, Op.Cit, h. 34
[33] Daryanto, Op.cit, h. 26
[34] Ibid, h 23
[35] Depdiknas. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian, h. 22
[36] Depdiknas, Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan
Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMU, Pedoman Khusus Model 3 Agama
Islam, (Jakarta
: 2002) hal. 22
[37] Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 177
[38] Depdiknas, Op.cit. h. 49
[39] Ibid, h. 25
[40] Depdiknas, Pedoman Umum, Op.cit, h. 51-55
[41] Depdiknas, Op.cit. h. 25
[42] Suharsimi, Op.cit, h. 281
[43] Ibid, h. 286
[44] Suharsimi, Op.cit, h. 282
[45] Ibid, h. 284
[46] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), h. 4
[47] Ibid, h. 5
[48] Rosita NK., Masalah Pengajaran Suatu Sistem, (Jakarta : Bina
Aksara, 1986), h. 36
[49] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta,
tt), h. 23
[50] Muhaimin, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya : Citra
Media, 1996), h. 1
[51] Depdiknas, Pedoman Umum Pengembangan Silabus, (Proyek
Peningkatan Mutu Jawa Timur, 2003), h. 12
[52] Moh. Uzer Usman, Op.cit, h. 1
[53] A Wahyu Parihin, Strategi Pembelajaran PAI Berbasis Kompetensi, (Biro
Penerbit dan Pengembangan Perpustakaan STAI Al-Khoziny, Sidoarjo, 2006), h. 27
[54] Nana Sudjana, Op.cit, h. 59-62
[55] Depdiknas, Penilaian Proses …, h.
[56] Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet.
VI, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 144
[57] Mahfud Sholehudin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya
: Bina Ilmu, 1990), h. 57
[58] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta
: Rineka Cipta, 1995), h. 12-13
[59] Slameto, Op.cit, h. 99
[60] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 1997), h. 67
[61] Ari Wahyudi, Pengantar Metode Penelitian, (Surabaya; 1998), h.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Penerapan
Evaluasi Model Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
1.
Pengertian
Evaluasi Model KBK
Istilah evaluasi berasal dari Bahasa
Inggris “Evaluation” yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan
nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan.[18]
Di bawah ini akan dikemukakan
beberapa pendapat tentang evaluasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a.
E Wand dan
W Brown, mengatakan bahwa “Evaluation refers to the act of process to
determining the value something”. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai pada sesuatu.[19]
b.
Menurut
Bloom “Evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to
determine whether in fact certain changes are taking place in the learns as to
determine the amount or degree of change in individual students”. Yang
artinya evaluasi sebagai mana kita lihat adalah pengumpulan kenyataan secara
sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam
pribadi siswa.[20]
c.
Sedangkan menurut
Norman E Gronlund, “Evaluation a Systematic process of determining the
extent to which instructional objectives are achieved by pupil”. Evaluasi
adalah suatu system yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.[21]
Dalam KBK, penilaian adalah merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.[22]
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi
KBK adalah peruses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar siswa dengan prinsip penilaian berkelanjutan, bukti autentik,
akurat dan konsisten yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau
menjelaskan unjuk kerja (Performance) atau prestasi siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas terkait.
Pelaksanaan penilaian dilaksanakan
secara terpadu antara penilaian hasil dan proses pembelajaran yang disebut juga
dengan Penilaian Berbasis Kelas (PBK).
2.
Tujuan dan
Fungsi Evaluasi Model KBK
Secara umum semua jenis penilaian
bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah, mempertanggung
jawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat dan untuk mengetahui
ketercapaian mutu pendidikan secara umum.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
bertujuan untuk
a.
Menjamin
agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum, guru
mengumpulkan informasi kemajuan belajar peserta didik melalui berbagai jenis
penilaian kelas untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi yang telah
ditentukan dalam KBK sesuai waktu yang telah ditentukan
b.
Memeriksa
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung
c.
Mencari
dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses
pembelajaran. Melalui penilaian berbasis kelas guru dapat menganalisis
kelemahan yang terjadi sehingga pengajaran yang lebih efektif dapat segera di
lakukan
d.
Menyimpulkan
apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian kompetensi yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Kesimpulan ini sangat penting dilakukan sebagai
bagian dari pelaporan yang di sampaikan kepada peserta didik, orang tua,
sekolah, atau pihak lain yang memerlukan pelaporan hasil pendidikan.[23]
Adapun tujuan yang utama dari
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yaitu :
a.
Memberikan
penghargaan terhadap pencapaian siswa dalam belajar
Penilaian ini di gunakan untuk
menentukan apakah siswa dapat mengikuti tingkat atau kelas berikutnya,
penilaian jenis ini seringkali disebut penilaian sumatif, yang memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah di capai siswa.
b.
Memperbaiki
program kegiatan belajar mengajar dan belajar siswa.
Penilaian untuk tujuan ini, digunakan
untuk melihat apakah siswa sudah mengetahui, memahami dan terampil pada suatu
bahasan pelajaran. Penilaian ini sering disebut penilaian formatif, yang
bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan belajar mengajar.[24]
Dari penilaian di atas dapat penulis
simpulkan betapa pentingnya kita mengadakan evaluasi. Hal ini di maksudkan
untuk memperoleh data, membuat putaran dan membuat alternative dan tindak
lanjut terhadap proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan terjadi
perubahan yang akan mengarah pada tujuan pendidikan.
Dalam penilaian PBK yang mengacu pada
KBK terdapat fungsi untuk:
a.
Umpan
balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga dapat menimbulkan
motivasi untuk memperbaiki hasil belajar
b.
Memantau
kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya
pengayaan dan remidialisasi untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kemajuan dan
kemampuannya
c.
Memberi
masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas
d.
Memungkinkan
siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan
belajar yang berbeda-beda
e.
Memberikan
informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektifitas pendidikan
sehingga meningkatkan partisipasinya.[25]
Jadi, dengan adanya evaluasi kita
dapat mengetahui sejauh mana efisiensi, metode, tehnik dan alat bantu yang
digunakan, mengetahui siswa yang belum menguasai kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dan mengalami kesulitan belajar, serta evaluasi juga dapat
memberikan informasi kepada orang tua/wali siswa dan masyarakat serta bagi
siswa itu sendiri
Kriteria atau hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian antara lain :
a.
Penilaian
dapat di lakukan melalui tes dan non tes
b.
Penilaian
harus memenuhi tiga aspek kemampuannya itu pengetahuan, keterampilan dan sikap
c.
Menggunakan
berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar berlangsung, misalnya
mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa dan
memberikan tes
d.
Pemilihan
alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran
e.
Mengacu
kepada fungsi dan tujuan penilaian, misalnya memberikan umpan balik, pemberian
informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya dan memberi
laporan kepada orang tua
f.
Alat penilaian
harus mendorong kemampuan penilaian dan kreativitas siswa, misalnya tes
tertulis uraian, tes kinerja, hasil kerja siswa (proyek) dan portofolio.
g.
Mengacu
kepada prinsip deferensiasi, yakni memberikan peluang yang adil kepada semua
siswa.[26]
3.
Macam-macam
Evaluasi Model KBK
a.
Penilaian
Kelas
Penilaian kelas dilakukan oleh guru
untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik atau perbaikan proses belajar mengajar dan penentuan
kenaikan kelas.
Penilaian kelas terdiri atas ulangan
harian, pemberian tugas dan ulangan umum. Bahan penilaian kelas dikembangkan
berdasarkan pada kurikulum dan dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan.
b.
Tes
kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk
mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam
rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial), tes kemampuan dasar
dilakukan pada setiap tahun.
c.
Penilaian
akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun
pelajaran di selenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara
utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu
tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang
dicantumkan dalam surat
tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada
akhir jenjang sekolah.
d.
Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk
mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu
keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat
sekolah, daerah atau nasional. Penilaian di lakukan secara berkesinambungan,
sehingga siswa dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan usaha dan kesulitannya.
Untuk memperoleh data dan informasi
tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara
nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan, hasil penilaian
tersebut dapat dipakai untuk memberikan peringkat kelas dan tidak untuk
memberikan nilai akhir siswa/ hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar
untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah.
e.
Penilaian
program
Penilaian program dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan dinas pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan.
Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar,
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.[27]
4.
Jenis
Evaluasi Model KBK
Terdapat lima jenis evaluasi model KBK di antaranya
adalah :
a.
Paper and
pencil test
Siswa diminta untuk merespons
serangkaian pertanyaan, melengkapi kalimat, pilihan ganda, peta konsep, menulis
karangan (essay) skala sikap dan mendeskripsikan response tertulis siswa
digunakan sebagai sumber untuk mengetahui ada tingkat pengetahuan atau
pemahaman keterampilan/kemampuan serta sikap dan nilai yang telah di miliknya.
b.
Performance
Penilaian yang menuntut siswa untuk
melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang telah diamati oleh guru. Misalnya,
diskusi, praktek ibadah dan bermain peran. Penyekoran pada tes penampilan
menggunakan skala rating dan daftar ceklis.
c.
Project
Penilaian proyek dilakukan mulai dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data project jika
akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada
proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi.
d.
Product
Penilaian hasil kerja peserta didik
(produk) adalah penilaian berbasis kelas terhadap penguasaan keterampilan
peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) tertentu. Dalam penilaian
produk terdapat dua konsep penilaian berbasis kelas yaitu penilaian peserta
didik tentang :
1)
Pemilihan,
cara menggunakan alat dan prosedur kerja
2)
Kualitas teknis
maupun estentik suatu karya atau produk
Pelaksanaan penilaian produk meliputi
penilaian terhadap tahapan-tahapan sebagai berikut :
1)
Tahapan
persiapan, menilai keterampilan merencanakan, merancang, menggali, atau
mengembangkan.
2)
Tahapan
produksi, menilai kemampuan memilih dan menggunakan, alat dan tehnik kerja.
3)
Tahapan
penilaian (appraisal)
e.
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan
penilaian sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan
terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu
tertentu, dibenarkan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu.[28]
5.
Prinsip-prinsip
Evaluasi Model KBK
Penyelenggaraan Penilaian Berbasis
Kelas (PBK) sangat terasa manfaatnya manakala dihubungkan dengan rencana
penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 dengan
mengacu pada paradigma baru yang mewujudkan pencapaian target kompetensi yang
lebih tinggi. Dengan demikian pencapaian tersebut terjamin adanya peningkatan
kualitas secara kesinambungan agar lulus dari satuan pendidikan selaras dengan
kebutuhan masyarakat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) antara lain :
a.
Tujuan
program pembelajaran setiap mata pelajaran yang harus dicapai oleh peserta
didik berdasarkan kompetensi yang ditetapkan oleh KBK atau kurikulum 2004.
tujuan tersebut berupa standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator
pencapaian hasil belajar.
b.
Standar
keberhasilan yang harus dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang
dijadikan rujukan.
c.
Model KBK
menitikberatkan pada aspek perbaikan untuk pengajaran bagi guru dan pembelajaran
peserta didik di kelas dengan berpedoman pada rambu-rambu kurikulum.
Dalam pelaksanaan penilaian berbasis
kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan,
terutama dalam rangka pencapaian kompetensi. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain adalah :
1)
Motivasi
Penilaian Berbasis Kelas hendaknya dipandang sebagai
upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan guru dan siswa. Penilaian semacam
ini tentunya akan memotivasi siswa untuk terus belajar, sehingga hasilnya akan
obyektif.
2)
Validitas
Hasil penilaian berbasis kelas harus menjamin
tercapainya standar kompetensi, maupun indicator yang dituntut oleh KBK atau
kurikulum 2004. kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan KBK
akan meningkatkan validitas.
3)
Adil
Semua peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk
di nilai tanpa membedakan latar belakang, social-ekonomi, budaya, bahasa dan
jenis kelamin.
4)
Terbuka
Penilaian berbasis kelas menekankan adanya keterbukaan,
di mana semua pihak baik guru maupun peserta didik perlu mengenal kemajuan
masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5)
Berkesinambungan
Penilaian berbasis kelas dilakukan secara berencana,
bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan yang lainnya dan untuk
melihat kesinambungan pencapaian antara kompetensi yang satu dengan kompetensi
yang lainnya.
6)
Bermakna
Penilaian berbasis kelas memberikan makna yang sangat
luas dalam implementasi kurikulum 2004, melalui penilaian berbasis kelas akan
memberikan manfaat yang sangat besar bagi semua pihak dalam melihat
perkembangan kemampuan peserta didik dan hendaknya bisa dipahami dan bisa
ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian
mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung
informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
7)
Menyeluruh
Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai
tehnik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap
tentang kinerja peserta didik, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik.[29]
6.
Tehnik dan
Bentuk Evaluasi Model KBK
Terdapat dua tehnik evaluasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu non tes dan tes.
a.
Non Tes
Bentuk non tes bisa digunakan untuk
mengetahui tentang sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran
tertentu.[30]
Bentuk-bentuk non tes tersebut antara lain sebagai berikut :
1)
Kuesioner
Adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh responden.
Dengan kuesioner ini dapat diketahui tentang keadaan atau data diri, pengalaman
pengetahuan, sikap atau pendapatnya.
2)
Rating
Scale
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk
angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan di
terangkan pada skala atau jarak yang sama cara meletakkannya secara bertingkat
dari yang rendah ke yang tinggi.
3)
Cek List
Adalah deretan pertanyaan di mana responden yang di
evaluasi tinggal memberi tanda cocok (ü) di tempat yang sudah disediakan.
4)
Interview
Interview adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan dengan jalan Tanya jawab.
5)
Observasi
Observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada tiga macam
observasi yaitu :
ü Observasi Partisipan, yaitu observasi yang
dilakukan oleh pengamat dan ia memasuki serta mengikuti kegiatan kelompok yang
sedang diamati.
ü Observasi Sistematik, yaitu observasi yang
dilakukan oleh pengamat, tetapi ia di luar kelompok, dengan demikian pengamat
tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
ü Observasi Eksperimental, yaitu observasi yang
terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat
mengandalkan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi
itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.[31]
b.
Tes
Tes adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan
dengan nilai yang di capai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan.[32]
Bentuk-bentuk tes tersebut antara
lain :
1)
Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat di lakukan pemberian perlakuan yang tepat.
2)
Tes
Formatif
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
Penilaian formatif yang berlangsung
selama pengajaran terdiri dari bentuk tes seperti kuis, ulangan harian,
pertanyaan lisan, tugas individu dan tugas kelompok.
3)
Tes
Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah
berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Dalam pengalaman di sekolah, tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan
umum yang biasanya dilaksanakan pada setiap akhir semester.[33]
Sebagai mana yang telah dijelaskan di
atas bahwa penilaian berbasis kelas merupakan komponen dari kurikulum berbasis
kompetensi yang dilakukan untuk memberikan keseimbangan dalam ranah kognitif,
afektif psikomotorik dan meta kognitif dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian,
bentuk penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Tes
Kognitif
1)
Pertanyaan
Lisan
Umumnya pertanyaan lisan digunakan
untuk menguji penguasaan kompetensi dalam aspek kognitif. Itupun terbatas pada
tarif kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
2)
Kuis
Merupakan bentuk tes berupa uraian
singkat, waktu yang diperlukan relative singkat, kurang lebih 15 menit dan
hanya menanyakan hal-hal prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran baru
dimulai, untuk mengetahui penguasaan pembelajaran yang lalu secara singkat.
3)
Pilihan
Ganda
Bentuk soal pilihan ganda dapat
dipakai untuk penguasaan kompetensi pada tingkat berfikir rendah (pengetahuan
dan pemahaman) sampai pada tingkat berfikir tinggi (aplikasi, analisis sintesis
dan evaluasi). Bentuk ini juga bisa mencakup banyak materi pelajaran,
penskorannya obyektif, dan bisa di koreksi dengan computer.
4)
Uraian
Obyektif
Jawaban sudah pasti. Dalam pendidikan
agama Islam bentuk soal uraian obyektif ini dapat digunakan pada kemampuan
dasar dalam membuat generalisasi.
5)
Uraian Non
Obyektif
Dalam uraian ini biasanya siswa
diminta untuk menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Bentuk ini juga bisa menggali
informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta
didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
6)
Jawaban
Singkat atau isian singkat
Bentuk ini cocok digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jumlah materi yang
diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.[34]
Dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk
menuliskan jawaban sesuai dengan petunjuk tes.
7)
Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui
pemahaman peserta tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. [35]
8)
Portofolio
Merupakan Kumpulan hasil karya, tugas
atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Misalnya
: laporan kegiatan keagamaan yang diikuti siswa, pengalaman keagamaan siswa,
menulis artikel keagamaan, tugas-tugas individu atau kelompok.[36]
b.
Tes
Afektif
Menurut Suharsimi Arikunto, tes
afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Tes afektif tidak dapat
dilakukan setiap saat karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu-waktu harus diperlukan waktu yang relative lama. [37]
Komponen afektif ikut menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua komponen afektif yang
penting untuk di ukur, yaitu sikap dan minat pada suatu pelajaran. Sikap
peserta didik terhadap pelajaran bisa positif bisa negative atau netral. Tentu
diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran bersikap positif
sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik
yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bisa diharapkan prestasi belajarnya
akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk
meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu guru memiliki tugas untuk
membangkitkan minat kemudian meningkatkan minat peserta didik terhadap
pelajaran yang diambilnya. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.[38]
Pengukuran ranah afektif terutama
sikap dan minat, biasanya dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang
disusun dari yang positif ke yang negative. Jenis soal untuk ranah afektif
salah satunya adalah skala likert. Tes afektif sangat dominant khususnya pada
aspek penanaman nilai-nilai akhlak.[39]
c.
Tes
Psikomotorik
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik
adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (Performance) yang
telah dikuasai peserta didik.
Tes tersebut menurut Lunette dkk
(1981) dapat berupa :
1)
Tes Paper
and Pencil
Walaupun aktivitasnya seperti tes tulis, namun yang
menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya,
missal berupa desain alat, desain grafis dan sebagainya.
2)
Tes
Identifikasi
Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, misal menemukan bagian yang rusak
atau yang tidak berfungsi dari suatu alat.
3)
Tes
Simulasi
Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya
yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan
simulasi tetap dapat di nilai apakah seseorang sudah menguasai keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu
alat.
4)
Tes Unjuk
Kerja (Work sample)
Tes ini dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan
tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil
menggunakan alat tersebut.
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa
tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja semuanya dapat diperoleh
datanya dengan menggunakan daftar cek (Check-list) ataupun skala
penilaian (Rating scale).[40]
Tes ini psikomotorik digunakan untuk
kompetensi siswa berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Tes psikomotorik
dalam pendidikan agama Islam umumnya berupa praktek ibadah dan cara membaca Al
Qur’an.
d.
Tes Meta
Kognitif
Dalam aspek meta kognitif terdapat lima keterampilan
(kecakapan, kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan social,
kecakapan akademik, dan kecakapan vokalisional yang dikenal dengan life skill
(kecakapan hidup).[41]
7.
Pelaporan
Hasil pengumpulan informasi hasil
belajar dan unjuk kerja siswa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan laporan (report).
Hamper semua guru tidak menyenangi
tugas memeriksa pekerjaan (koreksi) dan membuat catatan tentang hasil atau
prestasi siswa. Jika disuruh memilih, kebanyakan guru akan lebih menyenangi
mengajar dibandingkan dengan memeriksa dan mencatat hasil ulangan.[42]
Setelah melakukan penilaian hasil
belajar dan unjuk kerja siswa adalah membuat laporan kemajuan belajar siswa
dengan kategori atas dua jenis, yaitu:
a.
Laporan
prestasi siswa tiap mata pelajaran yaitu berisi tentang pencapaian kemampuan
dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum melalui pembelajaran materi standar
yang ditetapkan.
b.
Laporan
kemajuan belajar siswa menyeluruh yang menggambarkan kualitas pribadi siswa dan
tingkah lakunya sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah siswa belajar melalui
berbagai kegiatan baik intra kurikulum maupun ekstrakurikulum.
Hasil penilaian perlu dilaporkan
kepada berbagai pihak, yaitu :
a.
Laporan
untuk orang tua dan siswa
Pada dasarnya laporan yang berisi
catatan tentang diri siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh
informasi yang lengkap. Akan tetapi disadari untuk membuat laporan yang lengkap
setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu
pembuatan laporan kadang-kadang bersifat singkat saja, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk orang
tua dan siswa umumnya bersifat singkat. Laporan itu berisi tentang catatan
prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu:
dengan pernyataan lulus atau belum lulus, dan dengan nilai siswa. Mengenai
prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada orang tua dan siswa dapat dilihat
dalam buku raport yang diisi pada setiap semester.
b.
Laporan
untuk sekolah
Sekolah adalah sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena
itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan siswa
yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat diperhatikan
dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Laporan untuk sekolah tidak hanya dalam
bentuk angka melainkan dapat pula bersifat deskriptif tentang siswa.
c.
Laporan
untuk masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat adalah berkaitan
dengan lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus selalu membawa bukti bahwa
mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Laporan untuk
masyarakat, seperti halnya laporan untuk orang tua dan siswa dibuat secara
singkat. Hal tersebut antara lain dengan menerbitkan prestasi setiap siswa dalam
bentuk angka.
Pada dasarnya, catatan tentang diri
siswa ini di usahakan selengkap mungkin agar dapat diperoleh informasi yang
selengkapnya pula. Akan tetapi kita sadari bahwa membuat catatan yang lengkap
setiap saat, merupakan tugas yang berat dan meminta banyak waktu. Oleh karena
itu, pembuatan catatan laporan itu kadang-kadang disingkat hanya disesuaikan
dengan kebutuhan yang mendesak.
Secara garis besar, catatan tentang
laporan siswa dapat dibuat dengan dua macam cara, yaitu :
a.
Catatan
Lengkap
Catatan tentang siswa yang berisi
baik prestasi maupun aspek-aspek pribadi yang lain, misalnya kejujuran,
kebersihan, kerajinan, sikap social, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap
kepada diri sendiri, disiplin, ketelitian dan sebagainya. Tentang isi
catatannya ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat seperti “Baik”,
“Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci.
b.
Catatan
tidak Lengkap
Catatan tentang siswa yang hanya
berisi gambaran tentang prestasi siswa dan hanya sedikit menyinggung tentang
kepribadian.
Tentang catatan pelaporan prestasi belajar siswa itu
sendiri dapat dibedakan atas dua cara :
ü Dengan pernyataan lulus – belum lulus
Penilaian atas prestasi belajar dalam system pengajaran
yang menganut prinsip belajar tuntas didasarkan atas sudah berhasil atau seorang
siswa belum mencapai tujuan.
ü Dengan nilai siswa
pencatatan dengan nilai dilakukan apabila seluruh siswa
dalam satu kelompok berjalan bersama-sama secara klasikal.[43]
Secara sistematis dapat dikemukakan
bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi pihak yaitu sebagai berikut :
a.
Siswa
sendiri
Bagi siswa, laporan prestasi akan
sangat bermanfaat karena ;
ü Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu
akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan.
ü Dengan mengetahui hasil yang positif dari
perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan.
ü Jika siswa mendapat informasi bahwa itu salah
maka lain kali tidak akan mengulangi lagi.
Jadi dapat dikatakan bahwa manfaat
laporan bagi siswa adalah sebagai penguat dan penyempurnaan.[44]
b.
Guru yang
mengajar
Dengan laporan kemajuan siswa guru akan
dengan tenang mengamati hasil tersebut dan Merupakan titik tolak bagi guru
untuk menentukan langkah selanjutnya.
c.
Guru lain
Dengan laporan mengenai siswa, maka
guru lain atau guru yang menggantikan mengajar akan tahu bagai mana meladeni
atau memperlakukan siswa tersebut.
d.
Orang tua
Dengan laporan mengenai siswa Orang
dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan serta cita-cita bagi anaknya.[45]
B.
Kajian
Tentang Keberhasilan Pembelajaran
1.
Pengertian
Keberhasilan Pembelajaran
Sebelum menjelaskan pembelajaran,
maka terlebih dahulu penulis memaparkan tenang belajar.
Belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu da individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungan [46]
Dalam pengertian di atas terdapat
kata perubahan yang berarti bahwa seseorang yang sudah mengalami proses belajar
akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya,
keterampilannya maupun dalam sikapnya. Hal ini merupakan salah satu kriteria
keberhasilan belajar yang di antaranya ditandai oleh terjadinya perubahan
tingkah laku, pada diri individunya belajar, tanpa adanya perubahan tingkah
laku, belajar dapat dikatakan berhasil atau gagal.
Selanjutnya pengalaman mengajar yang
dikemukakan oleh para pakar pendidikan antara lain yang akan dikemukakan oleh James
S. Brunner dalam bukunya "Towanda Theory
of Instruction" mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide,
problem atau pengetahuan dalam bahan yang sederhana sehingga dapat dipahami
oleh setiap siswa. [47]
Mengingat mengajar merupakan suatu
perubahan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan
siswa secara moral terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas
mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pelajaran yang bersifat unik,
tetapi sederhana. Dikatakan unik karena berkenaan dengan manusia, siswa dan
guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat.
Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan
sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapa saja.
Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Di dalam proses ini tugas siswa adalah memanfaatkan
pengajaran guru untuk mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin.
Sedangkan tugas guru adalah mengajar di mana guru harus membimbing siswa untuk
belajar dan menyediakan kondisi dan siswa yang tepat agar potensi anak dapat
berkembang seoptimal mungkin.[48]
Jadi pengertian keberhasilan
pembelajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang di capai oleh
seseorang setelah mengikuti suatu kegiatan yang dalam hal ini adalah kegiatan
dalam kelas, yang berupa kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa
tersebut.[49]
Sedangkan yang dimaksud Pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami,. Menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan
pengajaran dan latihan dengan memperhatikan masyarakat untuk persatuan
nasional.[50]
Dengan demikian keberhasilan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu suatu keberhasilan dalam pengajaran
yang dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, di mana antara guru dan
siswa mengalami interaksi dalam pengajaran yang berlangsung dan tercapainya
tujuan pengajaran.
Untuk mengatakan bahwa suatu
pembelajaran dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan
masing-masing sejalan dengan filosofisnya. Namun untuk menyamakan persepsi
sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlangsung saat ini yang telah
disempurnakan antara lain, bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus dapat
dicapai.
Untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus, guru perlu
mengadakan tes formatif setiap selesai mengajarkan bahan pelajaran kepada
siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai.
2.
Indikator
Keberhasilan
Indikator yang dijadikan tolak ukur
dalam mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,
berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan
adalah sebagai berikut :
a.
Daya serap
terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok.
b.
Perilaku
yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau instruksional khusus (TIK) telah
di capai siswa baik individu maupun klasikal
Dalam pembelajaran berbasis
kompetensi perlu ditentukan standar minimum kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Sesuai pendapat tersebut, komponen materi pokok pembelajaran berbasis
kompetensi meliputi: 1) Kompetensi yang akan di capai; 2) Strategi penyampaian
untuk mencapai kompetensi; 3) Sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan
untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.[51]
3.
Tingkat
Keberhasilan
Untuk mengetahui sampai sejauh mana
tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukannya dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar guru, kita menggunakan
acuan tingkat keberhasilan tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat
ini adalah sebagai berikut :
a).
Istimewa /
maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai siswa
b).
Baik
sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang
diajarkan dapat dikuasai siswa.
c).
Baik /
minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat
dikuasai siswa.
d).
Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %.
Dengan melihat data yang terdapat
dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan prosentase keberhasilan
pembelajaran siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat keberhasilan
proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh siswa dan guru.[52]
Hasil kegiatan pembelajaran tercermin
dalam perubahan perilaku, baik secara material substansial, struktural
fungsional, maupun secara behavioral. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang di capai siswa
itu apakah benar merupakan hasil kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
Untuk kepastiannya guru harus mengetahui
tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau masuk sekolah dan
mulai dengan kegiatan pembelajaran dilangsungkannya tingkat dan jenis
karakteristik siswa yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan
pembelajaran.[53]
4.
Kriteria
Keberhasilan Pembelajaran
Menurut Dr. Nana Sudjana bahwa
kriteria yang bisa digunakan dalam penilaian proses belajar mengajar secara
rinci adalah sebagai berikut:
a.
Konsisten
kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Keberhasilan pembelajaran dilihat
sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan
aspek-aspek:
ü Tujuan-tujuan pengajaran
ü Bahan-bahan pengajaran yang dilaksanakan
ü Jenis kegiatan yang dilaksanakan
ü Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
ü Peralatan yang digunakan untuk setiap
masing-masing kegiatan
ü Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan
b.
Keterlaksanaannya
oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan
dari program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang
direncanakan dapat terwujudkan sebagaimana seharusnya.
Keterlaksanaan ini dapat di lihat
dari hal :
ü Mengkondisikan belajar siswa
ü Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan
belajar, memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa
ü Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
siswa
ü Menggeneralisasikan hasil belajar mengajar saat
itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar
c.
Keterlaksanaannya
oleh siswa
Dalam hal ini di nilai sejauh mana
siswa melakukan kegiatan belajar sesuai program yang telah dilakukan guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan berarti. Keterlaksanaannya oleh siswa dapat di
lihat dalam hal :
ü Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan
guru
ü Semua siswa turut serta melakukan kegiatan
belajar
ü Memanfaatkan semua sumber belajar yang
disediakan guru
ü Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan guru
d.
Motivasi
belajar siswa
Keberhasilan pembelajaran dalam
motivasi belajar yang ditujukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dalam hal :
ü Minat dan perhatian siswa dalam pelajaran
ü Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas
belajarnya
ü Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas belajarnya
ü Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus
yang diberikan guru
ü Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas
yang diberikan
e.
Keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar
Keaktifan siswa dapat dilihat dalam
hal :
ü turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
ü terlibat dalam pemecahan masalah
ü melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk
guru
ü menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperoleh
ü melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah
sejenis
f.
Interaksi
guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan
dengan komunikasi dua arah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat di lihat dari :
ü Tanya jawab atau dialog
ü Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar baik individu atau kelompok
ü Guru Senantiasa berada dalam situasi belajar
mengajar sebagai fasilitas belajar
ü Tampilnya guru sebagai jalan keluar manakala
siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya
g.
Kualitas
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu keberhasilan pembelajaran
dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dilihat dalam
hal :
ü Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa
ü Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan
instruksional minimal 75 % dari jumlah instruksional yang harus dicapai
ü Hasil belajar yang tahan lama selalu di ingat
dan di gunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.[54]
5.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Proses belajar mengajar pendidikan
agama Islam bertujuan agar terjadinya perubahan dalam diri siswa baik dalam
segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan adanya perubahan dalam tiga
aspek tersebut dapat berpengaruh terhadap pola tingkah laku siswa, di mana
akhirnya cara berfikir dan melakukan sesuatu menjadi relatif menetap pada
dirinya, perubahan yang terjadi harus merupakan perubahan tingkah laku harus
lebih baik dan sesuai dengan norma-norma Pendidikan agama Islam.
Kemudian agar tercipta suatu
keberhasilan dalam proses belajar
mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhi
di antaranya adalah :
a.
Tujuan
Tujuan merupakan pedoman dan sasaran
yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu sebelum
proses belajar mengajar berlangsung guru diharuskan untuk merumuskan tujuan
yaitu tujuan pembelajaran khusus dalam setiap pertemuan dalam proses belajar
mengajar.
b.
Guru
Merupakan suatu fasilitator dalam
suatu proses pembelajaran di mana dia berfungsi sebagai pembimbing, dan selalu
mengarahkan cara belajar yang baik bagi siswa agar tercapai hasil maksimal
c.
Siswa
Agar tercipta suatu keberhasilan
pembelajaran ada beberapa faktor dalam diri siswa yang berpengaruh yaitu adanya
bakat, kemauan, minat dan adanya motivasi untuk belajar.
d.
Metode
Penggunaan metode yang tepat oleh
seorang pendidik akan turut menentukan terciptanya suatu keberhasilan dalam
pembelajaran, karena hal ini dapat mengurangi adanya kejenuhan dan kebosanan
dalam proses pembelajaran. Apabila seorang pendidik menggunakan metode yang
tidak sesuai dengan kondisi siswa maka sudah dapat dipastikan keberhasilan
belajar tidak mencapai tingkat optimal
e.
Sarana dan
prasarana
Sarana dan prasarana juga memegang
peranan penting dalam tercapainya suatu keberhasilan belajar.
f.
Lingkungan
Pengaruh lingkungan juga membawa
dampak besar terhadap keberhasilan pembelajaran, lingkungan ini meliputi
lingkungan sosial, budaya dan juga lingkungan alam.[55]
Menurut Sardiman hubungan guru dengan
siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan,
bagai manapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan namun jika hubungan guru
dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan out
put yang tidak diinginkan.[56]
Sedangkan Mahfud Sholehudin membagi
faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya keberhasilan dalam pembelajaran
tersebut ke dalam dua bagian, yaitu :
8)
Faktor
dari dalam, yaitu :
Kondisi fisik, kondisi panca indera,
bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Siswa dalam hal ini
sebagai bow input, pada dasarnya telah memiliki karakteristik tatanan baik filosofisnya
maupun psikologisnya.
9)
Faktor
dari luar
Faktor dari luar yaitu berkenaan
dengan lingkungan sekitar, kurikulum, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi.[57]
C.
Pengaruh
Penerapan Evaluasi Model KBK terhadap Keberhasilan Pembelajaran PAI Siswa SMP UPTD
Negeri I Leuwimunding Majalengka Jawa Barat
Pendidikan secara formal
diselenggarakan di sekolah di mana terjadi proses pembelajaran yang melibatkan
banyak faktor baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan.
Pengajaran tersebut dilaksanakan
mempunyai tujuan tatanan untuk mengetahui sampai di mana tingkat keberhasilan
yang telah di capai. Setiap guru berpedoman pada kurikulum yang berlaku pada saat
ini yang telah disempurnakan, yaitu suatu pembelajaran tentang suatu bahan
pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya
tercapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya
TIK tersebut guru mengadakan evaluasi selesai menyajikan suatu bahan pelajaran
khususnya dalam bidang studi pendidikan agama Islam.
Evaluasi ini di sajikan untuk
memantau kemajuan belajar siswa maupun kepada guru, berdasarkan hasil evaluasi
itu guru dan siswa dapat mengetahui apa yang masih perlu untuk dijelaskan
kembali agar materi pelajaran dapat dikuasai lebih baik. Siswa dapat mengetahui
bahan pelajarannya yang masih belum dikuasai agar dapat mengupayakan perbaikan,
guru dapat melihat hasil pelajaran yang belum dikuasai siswa sehingga dapat
mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat dikuasai
siswa.[58]
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik terhadap pembelajaran yang akan dijadikan sebagai titik
tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan akan senantiasa
ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar mengajar selanjutnya.
Dengan demikian pembelajaran akan
senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar yang
optimal.[59]
Dan yang paling dijadikan sebagai
tolak ukur keberhasilan pembelajaran adalah daya serap siswa terhadap bahan
pelajaran.
Untuk mengetahui sampai di mana tingkat
keberhasilan siswa dan keberhasilan guru, kita dapat menggunakan tingkat acuan
sebagai berikut :
a.
Istimewa /
maksimal
Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat
dikuasai siswa
b.
Baik
sekali / optimal
Apabila sebagian besar (80 – 90 %) bahan pelajaran uang
diajarkan dapat dikuasai siswa.
c.
Baik /
minimal
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 75 – 85 % dapat
dikuasai siswa.
d.
Kurang
Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75 %
Dengan melihat data yang terdapat
format daya serap siswa dalam pelajaran, khususnya bidang studi agama Islam dan
prosentasi keberhasilan siswa dalam mencapai TIK, dapat diketahui tingkat
keberhasilan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah dilakukan siswa dan guru.
Dengan demikian, intensitas evaluasi
sangat dibutuhkan demi kelangsungan pembelajaran untuk mengetahui tercapai
tidaknya TIK. Jika TIK telah tercapai, otomatis keberhasilan pembelajaran siswa
khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat tercapai secara optimal.
[19] Wayan Nur Kanca, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1986), h. 1
[20]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),
h. 1
[21] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi
Pengajaran, (Bandung;
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3
[22] Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Balitbank dan Pusat Kurikulum,
2002), h. 1
[23] Sumarna Surapranata, Moh Hatta, Penilaian Portofolio
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 4-5
[24] Depdiknas, Op.Cit, h. 3
[25] Jurnal Pendidikan dasar dan menengah KBK, (Genteng Kali Vol
4), h. 7
[26] Ibid, h, 18
[27] E Mulyasa, Op.Cit, h. 105
[28] Sumarna Surapranata, Op.Cit, h. 21
[29] Ibid, h. 8-10
[30] Depdiknas, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi, (Pusat Kurikulum Balitbang, 2004), h. 25
[31] Suharsimi, Op.cit, h. 26-31
[32] Wayan Nurkancana, Op.Cit, h. 34
[33] Daryanto, Op.cit, h. 26
[34] Ibid, h 23
[35] Depdiknas. Pedoman Khusus Pengembangan Penilaian, h. 22
[36] Depdiknas, Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan
Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMU, Pedoman Khusus Model 3 Agama
Islam, (Jakarta
: 2002) hal. 22
[37] Suharsimi Arikunto, Op.cit, h. 177
[38] Depdiknas, Op.cit. h. 49
[39] Ibid, h. 25
[40] Depdiknas, Pedoman Umum, Op.cit, h. 51-55
[41] Depdiknas, Op.cit. h. 25
[42] Suharsimi, Op.cit, h. 281
[43] Ibid, h. 286
[44] Suharsimi, Op.cit, h. 282
[45] Ibid, h. 284
[46] Moh. Uzer Usman, Lilis Setiyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993), h. 4
[47] Ibid, h. 5
[48] Rosita NK., Masalah Pengajaran Suatu Sistem, (Jakarta : Bina
Aksara, 1986), h. 36
[49] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta,
tt), h. 23
[50] Muhaimin, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya : Citra
Media, 1996), h. 1
[51] Depdiknas, Pedoman Umum Pengembangan Silabus, (Proyek
Peningkatan Mutu Jawa Timur, 2003), h. 12
[52] Moh. Uzer Usman, Op.cit, h. 1
[53] A Wahyu Parihin, Strategi Pembelajaran PAI Berbasis Kompetensi, (Biro
Penerbit dan Pengembangan Perpustakaan STAI Al-Khoziny, Sidoarjo, 2006), h. 27
[54] Nana Sudjana, Op.cit, h. 59-62
[55] Depdiknas, Penilaian Proses …, h.
[56] Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet.
VI, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 144
[57] Mahfud Sholehudin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya
: Bina Ilmu, 1990), h. 57
[58] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta
: Rineka Cipta, 1995), h. 12-13
[59] Slameto, Op.cit, h. 99
[60] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 1997), h. 67
[61] Ari Wahyudi, Pengantar Metode Penelitian, (Surabaya; 1998), h.
0 komentar:
Posting Komentar