MANAJEMEN PENDIDIKAN
A.
Konsep
Manajemen Pendidikan
1.
Pengertian
Manajemen
Manajemen berasal dari kata “Manus” (bahasa latin) yang
berarti tangan; “Mano” (bahasa Italia) yang berarti tangan; “meneje/manage”
(bahasa Latin, Italia, Perancis) yang berarti memerintah kuda, mengendalikan
kuda “maneggio” (bahasa Italia) berarti pengurusan; “Maneggiiare”
(bahasa Italia) berarti memilih kuda dalam menindak-nindakan langkah-langkah
(kaki) nya.[1]
Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan dan
pengarahan suatu kelompok ke arah tujuan-tujuan organisasi atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “managing”
-pengelolaan-, sedang pelaksananya disebut manajer atau pengelola.[2]
Seorang manajer mempunyai wewenang yang bersifat managerial di
antaranya meniadakan kecenderungan untuk melaksanakan sendiri semua urusan. Dan
itu bisa dilimpahkan kepada bawahan sang manager, sesuai dengan potensi dan
jabatannya. Karena pada dasarnya tugas seorang manajer adalah dengan
menggunakan usaha para bawahan secara berdaya guna.
Manajemen juga merupakan suatu seni untuk melaksanakan pekerjaan
melalui orang lain. Selanjutnya manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.[3]
Manajemen merupakan suatu yang universal di dalam dunia Industri
modern. Tiap organisasi memerlukan pengambilan keputusan, pengkoordinasian
aktivitas, penanganan manusia, evaluasi prestos yang terarah kepada sasaran
kelompok.
Berikut beberapa pendapat tentang pengertian manajemen : Manajemen
merupakan satu bidang study. maka pengertian menurut istilah, para ahli mencoba
mendefinisikan tentang apa sebenarnya yang disebut manajemen.
a.
Manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha-usaha orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
bersama
b.
Manajemen
adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan pergerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia atau orang-orang
dan sumberdaya lainnya.[4]
Manajemen sering diartikan
sebagai Ilmu, Kiat, dan Profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara
sistematik berusaha memahami dan mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Di
pandang sebagai Profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk
mencapai suatu prestasi manajer, dan profesional dituntut oleh kode etik.
Manajemen di sini dilihat
sebagai suatu system yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan
aspek organisasi (orang, struktur, tugas, teknologi) dan bagaimana sehingga mengaturnya sehingga
tercapai tujuan system.[5]
Dari beberapa pendapat tentang definisi Manajemen di atas, dapat
difahami manajemen adalah merupakan suatu proses yang mana di dalamnya terdapat
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
hingga pengawasan untuk mengatur kegunaan sumberdaya bagi tercapainya tujuan
secara efektif dan efisien.
Adapun sumberdaya di sini dirumuskan menjadi 6 (enam) M: Men
(manusia), Money (uang), Material (barang), Machine (mesin), Method (metode),
Market (pasar).[6]
Dari keseluruhan sumberdaya tersebut disebut unsur-unsur manajemen yang harus
dikoordinasikan oleh pimpinan secara seimbang untuk mencapai tujuan.
2.
Pengertian
Pendidikan
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani yaitu "paedagogie".
Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya "anak", dan again
yang terjemahannya adalah "membimbing". Dengan demikian, maka "Paedagogie"
berarti "bimbingan yang diberikan kepada anak". Orang yang
memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagog. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak
agar ia menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih
tinggi dan optimal.[7]
Pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi. Pertama dari
sudut pandangan masyarakat, dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi
pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari
generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan.
Dilihat dengan kacamata individu, pendidikan berarti pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan
dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Ia masih
berada di dasar laut. Ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi
makanan dan perhiasan bagi manusia.[8]
Masyarakat mempunyai nilai budaya tinggi yang perlu disalurkan agar
senantiasa terpelihara sebagaimana mestinya, di sini pendidikan berperan
sebagai penyalur budaya dari generasi ke generasi berikutnya. Begitu pula
dengan individu, manusia mempunyai berbagai macam bakat yang berbeda dan bakat
tersebut bisa menjadi suatu yang berharga tergantung bagaimana ia mempola
bakatnya tersebut. Untuk menumbuhkan dan mengarahkan bakat tersebut, dirasa
sangatlah perlu adanya bimbingan atau pendidikan.
Agar pengertian tentang pendidikan itu lebih jelas, dalam hal ini
akan diuraikan lebih lanjut. Untuk itu, perlu sekali lagi penulis sebutkan di
sini. Berikut ini penulis kemukakan beberapa tentang definisi pendidikan
diantaranya:
a.
Pendidikan
ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasamani dan rohaninya ke arah kedewasaan.[9]
b.
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
c.
Pendidikan
ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[10]
3.
Tujuan
Pendidikan
Sejalan dengan perkembangan sejarah dan pembangunan negara dan
bangsa Indonesia, maka perumusan tentang tujuan pendidikan seperti tercantum
dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.[11]
Tujuan pendidikan menurut John Dewey ialah membentuk manusia untuk
menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, di sekolah-sekolah diajarkan segala
sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, sebagai
anggota masyarakat dan sebagai warga negara.[12]
Jadi terang di sini penulis rumuskan bahwa tujuan umum dari pada
pendidikan yaitu suatu usaha membawa anak kepada kedewasaannya dan dapat
bertanggung jawab sendiri.
4.
Manajemen
Pendidikan
Manajemen pendidikan sebagai seluruh proses kegiatan semua aktifitas
yang ada, baik personal, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan
pendidikan. Manajemen dalam lingkungan pendidikan adalah mendayagunakan
berbagai sumber (manusia, sarana dan prasarana, serta media pendidikan lainnya)
secara optimal, relevan, efektif dan efisien guna menunjang pencapaian tujuan
pendidikan.
Manajemen pendidikan berperan untuk memberdayakan berbagai komponen
sistem pendidikan. Dengan memberdayakan komponen sistem pendidikan tersebut,
agar keberhasilan pendidikan tercapai dalam arti; prestasi, suasana dan
ekonomi.[13]
5.
Ruang
Lingkup Manajemen Pendidikan
Manajemen
pendidikan yang terdiri dari: (1) manajemen merupakan koordinasi kegiatan dalam
organisasi pendidikan, (2) manajemen merupakan alat untuk mengenai tujuan
organisasi pendidikan, (3) manajemen menyertakan banyak orang dalam proses
pendidikan seperti: peserta didik, guru, pegawai tata usaha, dan orang tua
murid, (4) partisipasi guru dan orang lain dalam organisasi pendidikan.[14]
Peran manajemen dalam lingkup pendidikan
sangatlah berarti sebab di dalamnya terdapat berbagai unsur atau kegiatan dalam
rangka menciptakan tujuan pendidikan yang telah dicanangkan dengan melibatkan
berbagai element yang terkait.
Selanjutnya Sutrisna mengemukakan studi
Universitas Ohio di Amerika membuat kesimpulan bahwa tugas kewajiban manajer
sekolah yang paling penting ialah: menetapkan tujuan, membuat kebijaksanaan,
menentukan peranan-peranan, mengkoordinasikan fungsi-fungsi manajemen,
menganalisis efektifitas, menggunakan sumber pendidikan dari masyarakat,
bekerja dengan kepemimpinan untuk meningkatkan perbaikan dalam pendidikan,
melibatkan orang lain, melakukan komunikasi.[15]
Dalam ruang lingkup manajemen pendidikan
tersebut merupakan sumber-sumber pendidikan dan harus dikelola dengan
sebaik-baiknya guna mencapai tujuan yang baik.
B.
Ciri-ciri
Manajemen Pendidikan yang Baik
Karena manajemen merupakan bagian dari kegiatan suatu lembaga yang
sangat penting, tentunya harus dilaksanakan secara baik dan menyeluruh. Begitu
pula dalam lembaga pendidikan, manajemen menjadi suatu alat dalam menciptakan
tujuan pendidikan.
Manajemen yang baik adalah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari
konsep dan yang sesuai dengan obyek yang ditangani dan tempat organisasi itu
berada. Karena manajemen merupakan suatu ilmu, maka seharusnya tidak menyimpang
dari konsep manajemen yang sudah ada. Begitu pula dengan masing-masing
organisasi memiliki situasi dan kondisi yang berbeda yang membutuhkan syarat
tersendiri untuk menanganinya.
Menurut Made Pidarta, ciri-ciri manajemen yang baik yaitu: manajemen
yang fleksibel, efektif, efisien.
1.
Manajemen
yang fleksibel
Manajemen dikatakan fleksibel apabila manajemen itu dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi. Manajemen ini tidak
kaku, dapat berlangsung dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Agar itu dapat
fleksibel, maka harus didukung dengan nilai-nilai yang baik yaitu dedikasi,
keahlian, dan otoritas. Dedikasi menunjukkan pengabdian mereka kepada
organisasi, keahlian yang diperoleh melalui pendidikan merupakan bekal dalam
bekerja di samping pembawaan. Dan otoritas memudahkan mereka dalam bertindak.
2.
Manajemen
yang efektif
Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika pekerjaan itu memberikan hasil
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula. Dengan kata lain pekerjaan
itu sudah mampu merealisasikan tujuan organisasi yang dikerjakan itu.
Efektifitas yang digunakan adalah efektifitas manajer bukan
efektifitas pribadi. Efektifitas bisa terwujud bila manajer mampu melaksanakan
perannya untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
Adapun manajemen pendidikan yang efektif ini mempunyai ciri:
a.
Membuat
yang benar, dalam arti membuat sesuatu sesuai dengan tujuan pendidikan.
b.
Mengkreasikan
alternatif-alternatif.
c.
Mengoptimalkan
sumber-sumber pendidikan.
d.
Memperoleh
hasil pendidikan.
e.
Meningkatkan
keuntungan pendidikan.
3.
Manajemen
yang efisien
Suatu pekerjaan dikatakan efisien apabila biaya produksi sedikit
yang dikeluarkan dan mendapat hasil semaksimal mungkin.
Manajemen yang efisien mempunyai ciri:
a.
Mengerjakan
yang benar. Dengan kata lain menjalankan sesuatu sesuai dengan tujuan
pendidikan.
b.
Menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan.
c.
Mengamankan
sumber-sumber pendidikan.
d.
Mengikuti
tugas-tugas pendidikan.
e.
Merendahkan
biaya pendidikan.[16]
Seorang manajer sudah diberi otoritas oleh atasannya dan tentunya seorang yang profesional dalam
bidangnya. Dengan bekal ini diharapkan ia akan bisa memberikan hasil kerja yang
memuaskan. Bila semua pihak sudah merasa puas akan hasil pekerjaannya, berarti
manajemen itu sudah efektif dan efisien. Inilah yang harus dituju oleh
manajemen pendidikan.
C.
Prinsip-prinsip
Dasar Manajemen Pendidikan
Dengan menganut pola administrasi pendidikan modern yang berprinsip
pada demokrasi dengan ciri penghargaan terhadap potensi manusia, maka prinsip
manajemen pendidikan atau sekolah hendaknya:
a.
Desentralisasi
sistem dan anggota staf.
Yang dimaksud prinsip ini adalah otoritas dan tanggungjawab serta
tugas yang harus didelegasikan dalam konteks kerangka kerja policy yang
diadopsikan di sekolah.
b.
Mempertinggi
penghargaan terhadap personal
Personal yang terikat dalam unit kerja harus diperhitungkan dan
dihargai oleh pimpinan yang disesuaikan dengan otoritas, dan tanggungjawab
serta tujuan dan wewenang yang dilimpahkan kepada personal tersebut.
c.
Perkembangan
dan pertumbuhan personal sekolah secara optimal
Mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan serta keterampilan personal
secara optimal. Dengan kata lain masing-masing personal sekolah harus bisa
menampilkan potensinya dengan semaksimal mungkin.
d.
Perlibatan
personal
Setiap personal kerja sekolah senantiasa dilibatkan dari mulai
perencanaan pengorganisasian dan pengawasan sehingga semuanya menjadi
tanggungjawab bersama.[17]
D.
Tujuan
Manajemen Pendidikan
Tujuan
Manajemen adalah agar segenap sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam
suatu organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat
menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan waktu,
tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
terlebih dahulu.[18]
Dalam menjalankan setiap kegiatan tentunya dibutuhkan suatu usaha
yang efisien dan ekonomis karena alasan tersebut begitu dipegang teguh dalam
setiap sistem organisasi. Dengan kata lain tingkat pemborosan atau
penyalahgunaan sangatlah bertolak belakang dengan prinsip-prinsip organisasi.
Dengan mengetahui identitasnya dan juga kebutuhan tentang manajemen
tentu akan dapat menentukan apa tujuan manajemen itu sendiri. Mengingat
manajemen sebenarnya adalah alat dari suatu organisasi, maka adanya alat
tersebut tentunya memiliki tujuan.
E.
Fungsi
Manajemen Pendidikan
Menurut Nanang Fattah, fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang manajer ialah: perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
kepemimpinan (Leading), dan pengawasan (Controlling).[19]
Banyak sekali pendapat tentang fungsi manajemen menariknya, di
setiap kombinasi dari pada ahli ada empat fungsi yang sama yakni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Adapun penjelasannya dari
fungsi-fungsi di atas adalah:
1.
Perencanaan
a.
Pengertian
perencanaan.
Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif
keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualitas dan melihat ke
depan guna merumuskan suatu putusan dari himpunan tindakan untuk masa
mendatang.
Sedangkan yang dimaksud perencanaan pendidikan adalah suatu proses
persiapan menyusun perangkat persiapan keputusan yang berupa langkah alternatif
pemecahan suatu masalah pendidikan atau pelaksanaan suatu aktifitas pendidikan
untuk mencapai tujuan dengan cara optimal.[20]
b.
Langkah-langkah
perencanaan
Untuk membuat suatu rencana ada beberapa tindakan yang harus
dilalui, tingkatan atau langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Menetapkan
tugas dan tujuan
Tugas dan tujuan adalah dua pengertian
yang mempunyai hubungan yang sangat erat, merupakan anak kembar siam. Bila kita
melaksanakan suatu tugas, pasti ada yang menjadi tujuan kegiatan kita itu.
Sebaliknya suatu tujuan tidak akan tercapai bila kita tidak melakukan sesuatu
kegiatan yakni melakukan suatu tugas.
2)
Mengobservasi
dan menganalisa
Setelah tugas dan tujuan sesuatu
perusahaan sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya ialah mencari atau
mengobservasi faktor-faktor yang sudah terkumpul, lalu dianalisa untuk dapat
menetapkan mana yang masih efektif digunakan pada masa yang akan datang.
3)
Mengadakan
kemungkinan-kemungkinan
Bahan-bahan yang diperoleh pada langkah
terdahulu, memberikan perencanaan dan dapat membuat beberapa kemungkinan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
4)
Membuat
sintesa
Pada fase ini si pembuat rencana haruslah
mengawinkan atau membuat sintesa dari berbagai kemungkinan, sela-sela negative
dari masing-masing kemungkinan dibuang dan unsur-unsur positif diambil sehingga
diperoleh sintesa dari beberapa kemungkinan.
5)
Menyusun
rencana
Di muka sudah dituturkan bahwa salah satu
fungsi manajer adalah merencanakan, jadi jelas bahwa manajer bertugas membuat
rencana.[21]
c.
Jenis-jenis
perencanaan pendidikan
1)
Menurut
besarnya (magnitude)
a)
Perencanaan
Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang
menetapkan kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan
cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional
b)
Perencanaan
meso
Kebijakan yang telah ditetapkan pada
tingkat makro, kemudian dilanjutkan ke dalam program-program yang berskala
kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah bersifat operasional disesuaikan
dengan departemen atau unit-unit (intermediate unit).
c)
Perencanaan
mikro
Perencanaan mikro diartikan sebagai
perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari
perencanaan tingkat meso.
2)
Menurut
tingkatannya
a)
Perencanaan
strategik (renstra)
Perencanaan strategik disebut juga
perencanaan jangka panjang strategi itu menurut R. G. Murdik J.E. Ross (1983)
diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai pada masa
depan.
b)
Perencanaan
koordinatif (managerial)
Perencanaan koordinatif ditunjukkan untuk
mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
c)
Perencanaan
operasional
Perencanaan operasional memusatkan
perhatian pada ada yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan
dari suatu rencana strategi perencanaan lebih bersifat spesifik dan berfungsi
untuk memberikan petunjuk konkrit tentang bagaimana suatu program atau obyek
khusus dilaksanakan menurut aturan prosedur dan ketentuan lain yang ditetapkan
secara jelas sebelumnya.[22]
3)
Menurut
jangka waktunya
a)
Perencanaan
jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam
kurang waktu lima tahun, sering disebut perencanaan operasional.
b)
Perencanaan
jangka menengah
Perencanaan jangka menengah yaitu planning
yang jangkanya antara jangka panjang dan jangka pendek.[23]
Atau perencanaan yang mencakup kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun.[24]
c)
Perencanaan
jangka panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi
cakupan waktu di atas 10 tahun sampai 25 tahun.[25]
Data perencanaan yang dibuat untuk melihat sesuatu sejauh mungkin ke muka agar
kita dapat mempunyai suatu gambaran tentang hasil-hasil yang diinginkan.[26]
d.
Pentingnya
perencanaan
Perencanaan pendidikan sangat diperlukan,
diantaranya:
1)
Membantu
para pengelola pendidikan untuk menjadi lebih berdayaguna dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya.
2)
Dapat
menolong dalam pencapaian suatu target sasaran secara lebih ekonomis, tepat
waktu, dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor
pelaksanaannya.[27]
e.
Fungsi
perencanaan pendidikan
Fungi perencanaan antara lain menentukan
tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu,
ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan
dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan, taktik dan program, semua itu
dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.[28]
Perencanaan pendidikan sebagai proyeksi
kegiatan yang harus dilakukan pada masa yang akan datang, mempunyai fungsi yang
sangat menentukan dalam rangka mencapai tujuan.
Adapun fungsi perencanaan pendidikan
adalah:
a)
Merupakan
langkah persiapan yang diarahkan pada tujuan dan titik kulminasi pada suatu
keputusan yang berfungsi sebagai landasan bagi tindakan selanjutnya.
b)
Merupakan
pegangan, pedoman serta arah dari suatu aktifitas yang akan dicapai secara
sistematis.
c)
Dapat
mencegah atau mengurangi pemborosan.[29]
2.
Organizing.
a.
Pengertian
organizing
Organisasi pendidikan adalah
aktivitas-aktivitas menyusun dan membentuk hubungan sehingga terwujudlah
kesatuan usaha dalam mencapai maksud-maksud dan tujuan pendidikan.[30]
b.
Prinsip-prinsip
organisasi
1)
Prinsip
perumusan tujuan yang sangat jelas. Tujuan adalah sesuatu yang kongkret yang
hendak dicapai melalui kerja sama, tujuan yang ingin dicapai itu harus
dirumuskan dengan jelas dan tepat.[31]
2)
Prinsip
departementalisasi dan pembagian kerja. yang dimaksud departementalisasi adalah
kegiatan untuk menyusun satuan-satuan organisasi yang diperlukan untuk
menggarap tugas yang ada.[32]
3)
Prinsip
delegasi kekuasaan (delegation of authority) salah satu prinsip pokok dalam
setiap organisasi sudah delegasi kekuasaan (pelimpahan wewenang). Kekuasaan
atau wewenang merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan yang perlu agar
tugas dan fungsi-fungsinya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.[33]
4)
Prinsip
kesatuan perintah.
Dengan kesatuan perintah dimaksudkan bahwa
tiap-tiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya dapat diperintah dan
bertanggung jawab kepada seorang atasan tertentu.
5)
Prinsip
jenjang organisasi
Di struktur organisasi ada tingkat atau
jenjang. Yang ini berisi kedudukan, fungsi, dan tanggung jawab dari yang
teratas sampai yang terbawah.
6)
Prinsip
kesinambungan dan kesinambungan suatu organisasi punya tujuan. Organisasi
dibentuk untuk satu waktu tertentu. Oleh karena itu prinsip kesinambungan perlu
untuk menjaga agar tujuan dapat terwujud. Di samping berkesinambungan juga
perlu kesinambungan hal ini harus difahami sungguh-sungguh fungsi dan peranan
tiap-tiap ordinat dalam organisasi itu.[34]
7)
Prinsip
kelenturan (flexsibilitas)
Suatu struktur orang harus mudah dirubah.
Artinya dapat disesuaikan dengan perubahan yang terjadi.[35]
8)
Prinsip
koordinasi
Koordinasi adalah suatu proses yang
menyatakan bahwa dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas di antara satuan-satuan
organisasi atau para pejabat.
9)
Prinsip
rentangan pengawasan (span of control)
Rentangan pengawasan atau span of control
adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dipimpin oleh seorang atasan.
Dengan rentangan kekuasaan dimaksudkan
berapa jumlah orang yang setepatnya menjadi bawahan seorang pemimpin, sehingga
pemimpin itu dapat memimpin, membimbing dan mengawasi secara berhasil guna dan
berdaya guna.
c.
Fungsi
organisasi
1)
Organisasi
dapat diaktifkan sebagai memberi stuktur, terutama dalam penyusunan/penempatan
personel, pekerjaan-pekerjaan, material dan pikiran-pikiran di dalam struktur
itu.
2)
Organisasi
dapat pula diartikan sebagai menetapkan hubungan antara orang-orang,
kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing anggota disusun
menjadi pola-pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan-tujuan atau
maksud-maksud, kegiatan-kegiatan pendidikan dan pengajaran.
3)
Organisasi
dapat juga diartikan semata-mata mengingat maksudnya, diakui sebagai alat untuk
mempersatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan pekerjaan.[36]
d.
Bagan
organisasi
Yang dimaksud dengan bagan organisasi atau
skema organisasi adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat struktur suatu
orang.[37]
1)
Tujuan dan
fungsi bagan organisasi
a)
Tujuan dan
bagan organisasi adalah untuk menggambarkan secara lengkap dan terperinci
informasi tentang bagaimana seharusnya rencana organisasi itu berjalan.[38]
b)
Fungsi
bagan organisasi
(1).
Memberi
gambaran tentang isi luasnya organisasi.
(2).
Mengetahui
saluran perintah dan tanggung jawabnya.
(3).
Menunjukkan
dimanakah kedudukan masing-masing pegawai dalam organisasi.
(4).
Menguji
apakah azas-azas organisasi sudah dilaksanakan dengan tepat.[39]
2)
Sifat
bagan organisasi yang baik
a)
Sederhana
mungkin.
b)
Harus
dimentris.
c)
Kesatuan
arah.
d)
Akurat.
e)
Mudah
dalam dimodifikasi bila terjadi perubahan.
3)
Macam-macam
bagan struktur organisasi
a)
Bagan
jabatan
b)
Bagan nama
c)
Bagan
tugas
d)
Bagan foto
3.
Kepemimpinan
(Leading)
a.
Pengertian
Kepemimpinan (Leading)
Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang
yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain di dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahan berhubungan dengan tugas yang harus
dilaksanakannya.[40]
b.
Jenis-jenis
Kepemimpinan (Leading)
1)
Kepemimpinan
Kedudukan (Status Leadership)
Kepemimpinan kedudukan ialah kepemimpinan
yang berkaitan dengan suatu jabatan khusus seperti kepala kantor, sekretaris,
kepala bagian, pengawas, kepala sekolah, konsultan. Mereka itu dalam organisasi
diharapkan untuk menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan tertentu.
2)
Kepemimpinan
Timbul (Emergent Leadership)
Kepemimpinan timbul ialah kepemimpinan
yang pada umumnya muncul dalam proses kelompok (diskusi, seminar, loka karya,
dan sebangsanya) dalam hubungan dengan masalah-masalah tertentu.[41]
c.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Efektifitas Pemimpin
1)
Kepribadian,
pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan hal ini mencakup nilai-nilai, latar
belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya.
2)
Pengharapan
dan prilaku atasan, sebagai contoh atasan yang jelas memakai gaya yang
berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.
3)
Karakteristik,
harapan dan prilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer.
Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya akan kurang
memerlukan pendekatan efektif dari pimpinan.
4)
Kebutuhan
tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin, sebagai
contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (litbang) menyukai
pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugas.
5)
Iklim dan
kebijakan organisasi mempengaruhi
harapan dan prilaku bawahan. Sebagai contoh kebijakan dalam pemberian
penghargaan, imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain
(dana pension, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
6)
Harapan
dan prilaku rekan, sebagai contoh manajer membentuk persahaban dengan rekan
dalam organisasi.[42]
d.
Fungsi
Kepemimpinan (Leading)
Fungsi pemimpin ialah menggambarkan
bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang
lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan untuk bekerja sama.[43]
4.
Controlling
a.
Pengertian
controlling (pengawasan)
Merupakan tindakan-tindakan perbaikan
dalam pelaksanaan kerja agar supaya segala kegiatan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan, petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi sehingga tujuan
yang telah ditentukan dapat dicapai.[44]
Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan
usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan rencana,
perintah petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan.[45]
b.
Tujuan
controlling (pengawasan)
Tujuan pengawasan menurut konsep sistem
adalah membantu mempertahankan hasil atau output yang sesuai syarat-syarat
sistem.[46]
c.
Langkah-langkah
pengawasan pendidikan
1)
Pemeriksaan
terhadap obyek yang diawasi
2)
Penyampaian
pertanggung jawaban
3)
Pengecekan
dan pengumpulan informasi untuk diolah dan diinterpre-tasikan berdasarkan perbandingan
dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai standart ukuran keberhasilan.[47]
d.
Fungsi dan
proses controlling
1)
Mencegah
terjadinya penyimpangan program kerja serta meluruskan kembali
penyimpangan-penyimpangan tersebut.
2)
Membimbing
dalam rangka peningkatan kemampuan kerja.
3)
Memperoleh
umpan balik tentang hasil pelaksanaan program kerja.[48]
Proses controlling meliputi:
1)
Memperkembangkan
standar hasil pekerjaan yaitu menetapkan alat-alat ukurnya.
2)
Mengukur
hasil pekerjaan yaitu menerapkan status hasil pekerjaan yang telah selesai.
3)
Menilai
hasil-hasil pekerjaan yaitu, membandingkan hasil yang dicapai sekarang dengan
yang akan direncanakan.
4)
Melakukan
perbaikan atau penyempurnaan sampai penyimpangan atau kesalahan itu tidak ada.[49]
GR. Terry dalam bukunya Principles of
Management mengemukakan tentang proses pengawasan sebagai berikut:
1)
Determine
the standard or basic of control – tentukan standar atau dasar bagi pengawasan.
2)
Measuring
the performance – ukurlah pelaksanaan.
3)
Comparing
performance with the standard and asserting the difference, if any, -
bandingkan pelaksanaan dengan standar dan tentukan perbedaan jika ada.
4)
Correcting
the deviation by means of remedial action - perbaiki penyimpangan dengan
cara-cara tindakan yang tepat.[50]
e.
Prinsip-prinsip
controlling (pengawasan)
Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan
yang efektif, maka perlu dipenuhi beberapa prinsip pengawasan. Dua prinsip
pokok, yang merupakan suatu condition sin gua non bagi suatu sistem pengawasan
yang efektif ialah adanya rencana-rencana tertentu dan adanya pemberian
instruksi-instruksi, serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Prinsip pokok
pertama merupakan suatu keharusan, karena di muka sudah dikatakan, rencana itu
merupakan standar atau alat pengukur dari pada pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahan. Demikianpun prinsip pokok yang kedua merupakan suatu keharusan, agar
sistem pengawasan itu memang benar-benar dapat efektif dilaksanakan.[51]
F.
Faktor
Pendorong dan Penghambat Manajemen
Telah disinggung sebelumnya bahwa manajemen bisa diartikan sebagai
perbuatan menggerakkan kelompok orang dan memanfaatkan fasilitas dalam suatu
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini menitik beratkan pada
perkerjaan baik personal, ataupun kelompok.
Pada
hakikatnya kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang
bekerja ada kaitannya mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan
atas prestasi yang telah diberikan bagi kepentingan suatu organisasi. Orang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu.
Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku, sedangkan
tujuan berfungsi mengarahkan perilaku.[52]
William Castetter (1981) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan tidak efektifnya penampilan kerja yaitu antara lain:
1.
Yang
bersumber dari individu itu sendiri,
2.
Yang
bersumber dari dalam organisasi, dan
3.
Bersumber
dari lingkungan external organisasi.
1.
Yang
bersumber dari individu itu sendiri
-
Kelemahan
intelektual
-
Kelemahan
psikologis
-
Kelemahan
fisiologis
-
Demotivasi
(tidak adanya dorongan)
-
Faktor
personalitas (kepribadian)
-
Keusangan
dan ketuaan
-
Prestasi
posisi (kesediaan posisi)
-
Orientasi
nilai.
2.
Yang
bersumber dari dalam organisasi
-
Sistem
organisasi
-
Peranan
organisasi
-
Kelompok-kelompok
dalam organisasi
-
Perilaku
yang berhubungan dengan pengawasan
-
Iklim organisasi.
3.
Bersumber
dari lingkungan external organisasi
-
Keluarga
-
Kondisi
ekonomi
-
Kondisi
hukum
-
Nilai-nilai
sosial
-
Peranan
kerja
-
Perubahan
kerja
-
Perubahan
teknologi
-
Perkumpulan-perkumpulan.[53]
Dari beberapa faktor di atas, bisa menjadi pendorong bagi proses kelangsungan
manajemen, kalau saja berada dalam keadaan stabil. Dan bisa menjadi hambatan
jika kesemuanya itu mengalami kemunduran.
G.
Penelitian
Sebelumnya
Sebelum Penelitian ini dilakukan telah ada beberapa penelitian yang
ada hubungannya dengan penelitian ini, penelitian itu di antaranya adalah:
1.
"Aplikasi
Manajemen Berbasis Sekolah di SMU Negeri 1 Kec. Krian Kab. Sidoarjo", oleh
Nurul Hidayati, IAIN Sunan Ampel, Fakultas Tarbiyah (PAI) 2003.
Tidak ada perbedaan yang mendasar antara kerangka kenseptualisasi
manajemen berbasis sekolah dengan berbagai acuan baik dari Departemen Pendidikan
Nasional ataupun dari buku-buku yang menyangkut manajemen berbasis sekolah.
Evalusasi manajemen berbasis sekolah di SMUN 1 Krian sejak dini sudah dilakukan,
sehingga manajemen berbasis sekolah di SMUN 1 Krian dapat berjalan efektif.
Juga banyak pihak yang belum mengetahui
manajemen berbasis sekolah dan keterlibatannya guna meningkatkan mutu
pendidikan SMUN 1 Krian.
2.
"Peran
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam Pengelolaan LPi", oleh M. Nurul
Huda IAIN Sunan Ampel, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Kependidikan, 2002.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan pendekatan-pendekatan
yang memberikan bantuan atau memudahkan dalam proses manajerial. Persoalan yang
menjadi kendala dalam pengelolaan LPi meliputi aspek kualitas baik dari segi
fisik ataupun pengelolaan pendidikannya. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
memberikan peranan cukup signifikan dalam membantu pengelolaan LPi, apalagi
bila ditunjang dengan manajemen sistem informasi yang baik pula.
3.
"Studi
Manajemen Pendidikan di SD Integral Lukman Hakim Surabaya, Tinjauan Konsep
TQM", Ahmad Fauzi, IAIN Sunan Ampel, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Kependidikan Islam.
Manajemen pendidikan di SD Integral Lukman Hakim Surabaya terdiri
atas bidang-bidang antara lain: kurikulum dan pengelolaan.
[4] Ngalim Purwanto, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, Remaja Rosda
Karya (Jakarta : 1991), hal. 7
[9] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidik Teoritis dan
Praktis, Remaja Rosda Karya, (Bandung : 2003), hal. 11
[17] Hendiat Soetomo dan Wasti Sumanto, Pengantar
Operasional Administrasi Sekolah, Usaha Nasional, (Surabaya : 1982), hal.
263-264
[18] Susilo Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen
dan Kepemimpinan, BPFE, (Yogyakarta : 1988) hal. 19
0 komentar:
Posting Komentar